CoViD-19 “Made in” Laboratorium Amerika Serikat

Namun baru-baru ini, tim humas “Event 201” membantah bahwa kode latihan pandemik itu adalah suatu kesengajaan. Mereka membantah melalui situs resminya dengan judul: “Statement about nCoV and our pandemic exercise.” [screenshot]

“ Sedikit paham. Tapi belum bisa masuk ke nalar saya”

“Oke. Dari media massa saya membaca artikel yang ditulis oleh Daniel Lucey, seorang ahli penyakit menular di Georgetown University, Washington. Ia mengatakan dalam sebuah artikel di majalah Science bahwa manusia terinfeksi pertama kali bukan di Wuhan, tetapi tempat lain. [Wuhan seafood market may not be source of novel virus spreading globally – sciencemag]

“Tapi ada juga yang bilang pada tanggal 18 September 2019. Yang pasti bukan berasal dari pasar seafood di Wuhan.“

The Huanan seafood market in Wuhan has been widely considered the source of the outbreak of a novel coronavirus. But the virus may have infected people elsewhere first (sciencemag.org). Credit: REUTERS

“ Terus…” Saya mulai penasaran.

“Makalah Wuhan seafood market may not be source of novel virus spreading globally – sciencemag dari Daniel Lucey itu diperkuat oleh peneliti China dari China Academy of Science. Dalam artikelnya menyampaikan rincian tentang 41 pasien pertama yang dirawat di rumah sakit. Mereka positip terinfeksi apa yang disebut dengan novel coronavirus 2019 (2019-nCoV). Pertama kali, pasien jatuh sakit pada 1 Desember 2019 dan tidak memiliki hubungan dengan pasar seafood tersebut. Data mereka juga menunjukkan bahwa, secara total, 13 dari 41 kasus tidak pernah ke pasar seafood itu.”

“Apa artinya?”

Image result for Daniel Lucey

Daniel R. Lucey is an American physician, researcher, senior scholar and adjunct professor of infectious diseases at Georgetown University, and a research associate in anthropology at the Smithsonian National Museum of Natural History, where he has co-organised an exhibition on eight viral outbreaks.

“Walau sebagian besar memang punya catatan pergi ke pasar seafood, tetapi itu menunjukan bahwa penyebaran virus terjadi sebelum Desember 2019. Pastinya bulan November 2019 atau lebih awal.”

“Masih belum memuaskan teori kamu” kata saya.

“Nih ada lagi laporan dari Kristian Andersen PhD, ahli biologi evolusi di Scripps Research Institute yang telah menganalisis urutan 2019-nCoV untuk mencoba memperjelas asal muasal virus corona.”

“Dia mengatakan skenario yang masuk akal adalah orang yang terinfeksi membawa virus ke pasar seafood. Jelas ya, jangan dibalik. Bukan seafood sebagai penyebar tetapi manusia.”

“Menurut artikel Science, pada 25 Januari 2020, Andersen memposting di situs web penelitian virologi tentang analisisnya terhadap 27 genome 2019-nCoV. [Clock and TMRCA based on 27 genomes – virological.org]

“Dia menyimpulkan ‘kelahiran’ Covid 2019 itu pada tanggal 1 Oktober 2019. Kalau dilihat dari urutan acara World Military Games pada tanggal 18-27 Oktober, bisa jadi memang Covid 2019 itu sudah ada pada lima pasien atlit dari AS. Dari sanalah awal penyebaran. ‘Pasien nol’ atau zero patient dari Covid 2019 itu adalah kelima pasien asal AS itu saat di China.”

Kristian G. Andersen, PhD. Associate Professor / Director of Infectious Disease Genomics, Scripps Research ranslational Institute, Department of Immunology and Microbiology, California Campus (scripps.edu)

“Setelah itu ada Hari Raya Imlek di China. Di mana terjadi eksodus besar-besaran orang kota ke desa untuk merayakan Imlek di kampung halamannya. Kerumunan orang banyak tak bisa dihindari. Intelijen China cepat mengatahui akan ‘serangan’ Covid 2019 itu. China tidak mau ambil resiko terjadi penyebaran virus corona meluas, apalagi di saat musim dingin. Dengan cepat pemerintah China lockdown kota Wuhan,” kataku mencoba merangkai semua argumennya.

“Cobalah bayangkan. Andaikan China terlambat mengantisipasi itu, diperkirakan 16 juta orang mati di Wuhan. Itu lebih dahsyat dari bomb atom Hirosima-Nagasaki, yang akhirnya memaksa Jepang takluk dalam Perang Dunia Kedua.”

“Kemungkinan kalau China gagal dalam ‘perang’ melawan Covid 2019, China akan bernasib sama seperti Jepang. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Justru dengan adanya wabah ini, dunia tahu siapa itu AS dan siapa itu China. Kini kebenaran menemukan jalannya sendiri,“ katanya.

“Bagaimana dengan Virus yang menyerang Iran dan Italia?”

“Hasil penelitian membuktikan bahwa varietas genom virus di Iran dan Italia, setelah diurutkan, ternyata tidak memiliki kesamaan dari varietas yang menginfeksi China. Artinya itu berasal dari tempat lain. Nah, ini menyimpulkan bahwa penyebaran virus di luar China bukan berasal dari China. Ini semakin membuktikan bahwa Virus Covid-19 itu memang di create oleh manusia melalui rekayasa di Laboratorium. Itu hanya mungkin AS. Karena hanya AS satu-satunya negara yang punya varietas lengkap virus untuk menciptakan satu varietas baru.”

“Tapi berita media massa sangat bias, “ kataku.

“Memang benar. Bukan hanya Covid 2019, MERS awalnya diyakini berasal dari seorang pasien di Arab Saudi pada Juni 2012, tetapi kemudian riset membuktikan MERS itu berasal dari Yordania, kali pertama terkena virus pada bulan April tahun yang sama. Artinya kan bukan dari Arab Saudi tetapi dari Yordan.” [Multihospital Outbreak of a Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus Deletion Variant, Jordan: A Molecular, Serologic, and Epidemiologic Investigation – ncbi.nlm.nih.gov]

“Jadi kita harus hati-hati membaca berita resmi. Bahwa ‘media barat’ selalu begitu bersemangat untuk memberitakan seperti kasus SARS, MERS, dan ZIKA, yang semuanya terbukti salah. Sama halnya, ‘media barat’ membanjiri berita berbulan-bulan tentang virus Covid-19 yang berasal dari pasar makanan laut (seafood) di Wuhan, yang disebabkan oleh orang yang makan kelelawar dan hewan liar. Semua ini terbukti salah.”

“Wah dengan informasi itu, apa yang dapat kamu sikapi?”

“Ini bagian dari rangkaian perang dagang. Sejarah Perang Dunia Kedua berawal dari perang dagang juga. Saling embargo satu sama lain. Akhirnya perang fisik tak terelakkan. Kini mungkin orang enggak mau lagi perang fisik. Karena ongkosnya mahal. Tetapi dengan sains, orang bisa membunuh banyak orang tanpa ada kerusakan. Ya menggunakan virus atau bakteri.”

“Kalau benar AS yang menciptakan, mengapa virus itu juga menyerang sekutu AS seperti Eropa, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Singapore, Arab dan lain lain, termasuk Indonesia?

“AS melihat fenomena ‘perang dagang’ dimana para sekutunya tidak sepenuhnya mendukungnya untuk menghadapi China. Misal, kedekatan Arab Saudi dengan China dalam proyek Jalur Sutera, belum lagi bantuan China kepada Italia dalam menyelesaikan krisis gagal bayar utang, investasi Korea dan Jepang yang sangat besar di China, Indonesia dalam kasus Laut China Selatan yang terkesan tidak berpihak kepada AS. Iran, yang semakin garang dengan AS, dan ancaman bagi agenda AS memecah-belah Irak. Semua ada alasan yang mudah ditebak dan ditelusuri.”

“ Untuk apa?”

“Untuk apa? bagi masyarakat modern, kematian akibat wabah itu jauh lebih menakutkan daripada perang fisik. Apalagi dalam sistem demokrasi, kepanikan sangat rentan menciptakan kekacauan sosial (social chaos). Dalam pasar serba terbuka, kepanikan sangat mudah menciptakan kekacauan pasar (market chaos). Lihatlah fakta sekarang, semua bursa berjatuhan mengancam mata uang dan index. Setiap kepala negara harus secepat mungkin mengatasi wabah itu, atau mereka jatuh.”

Cukup baik bahwa masyarakat tidak memahami perbankan dan sistem moneter kita, karena jika mereka telah memahami, saya percaya akan ada revolusi sebelum esok pagi. (Henry Ford)

“Loh AS juga terancam kepanikan akibat virus corona?”

“Itu juga bagian dari rangkaian para elite AS untuk memaksa publik AS agar menerima strategi mereka dalam memenangkan ‘perang semesta‘ lewat ekonomi dan tekhnologi. Ingat engga kasus Pear Harbour dulu, yang seakan sengaja membiarkan penerbang tempur Jepang masuk wilayah AS untuk menghabisis pangkalan perang AS di Hawaii. Dari situlah legitimasi politik tercipta agar AS masuk dalam Perang Dunia Ketiga,” katanya berteori.

“Okelah, kan sudah terbukti agenda AS menghancurkan China gagal, terus gimana dengan sekutunya. Kan mereka tidak sekuat Cina menghadapi wabah virus corona?

“AS punya solusi di tengah kepanikan itu.”

“ Apa itu?”

“Tergantung sekutu AS. Apakah mereka masih commit dengan Konsesus Washington paska jatuhnya Lehman Brothers tahun 2008. Kalau commit, masalah virus corona ini akan selesai cepat. Setelah itu, situasi akan di bawah kendali AS untuk memenangkan perang dengan China dan menguasai dunia.”

“Oh I see. Saya bisa mengerti tapi sulit bisa menerima kalau benar itu bagian dari agenda AS. Terlalu mahal ongkosnya bagi kemanusiaan.“

“Politik mana pernah berpikir tentang korban kemanusiaan,” katanya cepat.

Saya termenung. Semoga dunia baik baik saja. Di atas kehendak manusia ingin menciptakan kerusakan di muka bumi ini, ada Tuhan yang pasti akan menjaganya. Apapun itu, manusia sedang melewati takdirnya. Pada akhirnya, kita sedang memasuki ‘fase besar’, untuk menerima pesan cinta Tuhan. Bahwa kebenaran itu, akan mencari jalannya, walau prosesnya memang pahit. (Sumber : Erizeli Bandaro / editor: IndoCropCircles, Februari 2020)