Covid-19 Indikasikan Potensi Perang Biologis

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebut pandemi ini krisis terbesar sejak Perang Dunia II dan Bill Gates menyebutnya sebagai Perang Dunia dengan cara lain. Memang Covid-19 menunjukkan bahwa kita telah meremehkan sifat berbahaya dari dan ancaman yang ditimbulkan oleh senjata biologis terhadap kemanusiaan. Sulit untuk mengantisipasi agen biologi baru, yang sangat menular dan mematikan seperti Covid-19.

Penularan massif dan upaya untuk mengendalikannya, termasuk melalui lockdown, telah membuat negara-negara yang paling kuat pun bertekuk lutut dan denyut nadi perekonomian melemah. Hal ini juga telah mendorong masyarakat demokratis yang kuat ke dalam kekacauan dan menyebabkan pemerintahan terjebak dalam krisis. Pandemi telah mengakibatkan ketakutan, ketidakpastian, dan ketidakberdayaan di banyak negara di dunia.

Yang khususnya mengkhawatirkan adalah bahwa aktor atau entitas negara atau non-negara yang terlibat dalam permusuhan dapat mengembangkan dan menggunakan senjata biologi tanpa terdeteksi, karena fasilitas produksi memerlukan sedikit ruang dan agen mikroba serta teknologi yang mudah diperoleh. Biaya relatif rendah dan kemudahan mengembangkan senjata biologi, termasuk oleh rezim jahat dan laboratorium swasta, dan kemungkinan penyebaran agen biologi secara sembunyi-sembunyi, entah itu melalui hewan, manusia atau kendaraan pengiriman tujuan khusus lainnya.

Karena itu, perlu kiranya diidentifikasi seperti apa agen biologi yang ada dan potensial di alam ini atau yang direkayasa manusia untuk menjadi senjata biologi yang berbahaya. Ahli epidemiologi telah mengkategorikannya sebagai berikut:

A – paling mematikan dan menular,

B – cukup mengancam, dan

C – agen biologi yang muncul direkayasa untuk diseminasi massa di masa depan.

Untuk itulah, setiap negara harus membangun kapasitasnya dalam mengantisipasi, mendeteksi, dan mempertahankan dari ancaman agen biologi yang berbahaya ini. Selain itu, untuk menangkal ancaman biologis yang tak terduga, semua laboratorium normal, fasilitas medis, dan rumah sakit harus dibuat sesuai tujuan sehingga dapat berubah menjadi infrastruktur yang baik untuk pengujian dan pengembangan terapi yang cepat dan andal. (end/GRI)

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute