Cerita Wartawan Australia Meliput di RI: Akhirnya, Mahasiswa Terbangun

Dalam masa-masa akhir persidangan DPR juga berusaha untuk meloloskan RUU KUHP yang kontroversial di mana mereka yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan bisa dijatuhi hukuman penjara, dan menghina Presiden adalah tindakan kriminal.

Minggu-minggu terakhir saya di sini dipenuhi dengan rasa prihatin dengan Indonesia. Rasanya kemajuan yang sudah diperjuangkan dengan keras, yang dimulai dari Reformasi 20 tahun lalu, seperti tergerusi.

Yang lebih menyedihkan bahwa ini terjadi beberapa hari setelah meninggalnya mantan Presiden BJ Habibie, tokoh yang memimpin Indonesia keluar dari jaman kediktatoran selama lebih dari 32 tahun.

Unjuk rasa pertama yang kami hadiri pada awalnya kecil.

Presiden Jokowi, entah tidak tertarik atau mendapat informasi salah atau tidak mampu untuk menghentikan pengesahan UU KUHP itu disahkan oleh parlemen setelah adanya tekanan selama bertahun-tahun dari kelompok Islam.

Dan akhirnya, mahasiswa terbangun. Puluhan ribu di antara mereka turun ke jalan.

Mereka sebelumnya juga bagian dari api Reformasi di tahun 1998 dan tampaknya tidak mau pengorbanan yang sudah dilakukan generasi sebelumnya menguap begitu saja.

Jadi bila kelompok FPI menjadi berita pertama saya, kelompok mahasiswa yang berjuang kembali menjadi liputan saya yang terakhir.

Dan di saat saya menulis cerita ini, para mahasiswa tampaknya menjadi pemenang, namun semua belum tentu begitu.

Saya melihat bahwa Indonesia adalah negeri yang mengagumkan sekaligus yang penuh keriuhan, negeri di mana siapa pun yang berkuasa — sampai ke Presiden — dikepung dan didesak oleh massa yang mencari sasaran siapa yang dianggap berkuasa saat itu.

Namun saya melihat bahwa aset terbesar Indonesia adalah warganya, orang kecil, para pekerja dan tentu saja mahasiswa, yang ketika keadaan kritis akan berdiri untuk berjuang, untuk mempertahankan negeri mereka. [vv]