Dungu dan Zalim, Syarat Pemakzulan Seorang Pemimpin Dalam Islam

“Visi negara itu membawa rakyat pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam konteks negara modern, tiada lain visi itu adalah cita-cita nasional sesuatu bangsa. Misalanya bangsa Indonesia; merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur,” ucap Din.

Dalam kontes Indonesia, salah satu indikator dalam hal ini adalah presiden tidak memahami pancasila. Salah satu nilai pancasila yang harus dihidupkan adalah kebebasan berpendapat di lingkungan kampus.

“Kalau ada pembangkangan kampus, pemberangusan mimbar akademis, itu sebenarnya bertentangan secara esensial dengan mencerdaskan kehidupan berbangsa. Karena praktik sebaliknya pembodohan kehidupan berbangsa,” ucap Din.

3. Pemimpin tak Lagi Berwibawa

Din menjelaskan, syarat ketiga adalah ketika pemimpin di sebuah negara kekurangan kekuatan serta kehilangan kewibawaan. Kewibawaan dan kekuatan seorang pemimpin bisa dinilai dalam menangani kondisi kritis.

“Pemimpin itu dilihat dari masa kritis, bisa kah dia memimpin?” ucap dia. Kehilangan kekuatan dipengaruhi oleh kekuatan dalam negeri yang hendak ‘menguasai’ negara dan dunia internasional. Menurut Din, pemimpin tidak boleh patuh pada kekuatan asing agar negara tetap berdaulat.

“Saya lihat kehidupan bernegara kira akhir akhir ini membangun kediktatoran konstitusional. Seperti ada produk Perppu, UU, dam sejumlah kebijakan lain, dan juga menimbulkan tidak ada lagi mampu memimpin, maka masyarakat mengkritik,” ucap dia. (*end)