Jokowi Diambang Kekalahan?

Dari enam indikator tadi, indikator keempat sangat menentukan seberapa besar pendukung yang akan hadir pada kampanye terbuka. Perbedaannya sangat signifikan. Pendukung Prabowo-Sandi jauh lebih antusias. Ada selisih sebesar 6,7 persen.

Survei ini menjelaskan mengapa dalam setiap kampanye Prabowo, massa pendukung yang hadir selalu membludag, tumpah ruah. Sebaliknya masa pendukung Jokowi sering sepi. Sampai-sampai harus melakukan pengerahan massa menggunakan aparatur negara (ASN, polisi).

Perbandingan massa kampanye antara Sandiaga Vs Ma’ruf malah lebih njomplang. Sandiaga selalu disambut eforia. Ma’ruf beberapa kali terpaksa membatalkan kampanye karena pengunjung sangat sepi.

Perpaduan antara rendahnya militansi dan hilangnya pesona Jokowi menjadi penyebab mengapa publik enggan menghadiri kampanye. Sementara Ma’ruf sama sekali tak punya daya tarik yang bisa menyedot pendukung.

Untuk kampanye pertama yang berlangsung di kampung halaman Ma’ruf, Ketua TKN Erick Thohir sampai harus bersusah payah turun tangan. Erick terlihat hadir dalam kampanye PDIP yang digelar di alun-alun Kota Tangerang, Ahad pagi. Dia kemudian meminta massa pendukung PDIP untuk bergeser ke lapangan Ciceri, Serang tempat Jokowi-Ma’ruf akan menggelar kampanye.

Selain Tangerang, TKN juga mengerahkan massa dari Cilegon. Mayoritas adalah pendukung PDIP. Kampanye perdana ini menjadi pertaruhan bagi TKN seberapa besar mereka berhasil memobilisasi massa. Mereka juga tidak ingin dipermalukan di kampung halaman Ma’ruf.

Prabowo memulai kampanye lebih awal di Manado dikejutkan dengan antusiasme warga. Di kampung halaman ibunda Prabowo ini BPN tidak terlalu memasang target tinggi.

Mereka menyadari Manado adalah basis pendukung PDIP dan Jokowi. Pada Pilpres 2014, Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh 58,77 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta 41,23 persen. Namun sepanjang jalan menuju lapangan Ternate Baru, Manado massa menyambutnya dengan antusias.