Mantan Menko Ekuin: Bang Luhut Ini kan Pintar, Kok Cita-citanya Cuma Mau Jadi Harmoko Jilid 2?

Dalam upaya Golkar memobilisasi dukungan untuk Soeharto pada Pemilu 1997, Rizal menuturkan, presiden yang dikenal dengan nama “Bapak Pembangunan” ini menolak diusung menjadi capres saat menghadiri mobilisasi dukungan di Pekanbaru, Riau.

“Soeharto bilang, ‘mohon maaf, saya ini sudah setop, tua, ompong, pikun, peot, jangan saya lagi’,” imbuh Rizal.

Tapi sayangnya, sang pembisik kuat Soeharto, Harmoko, justru terus melakukan siasat politik agar Pemilu 1997 bisa memenangkan Soeharto kembali menjadi presiden.

“Jadi, Harmoko dan Golkar dengan ngangkat-ngangkat Pak Harto akhirnya menciptakan tragedi Soeharto harus jatuh secara enggak enak,” lanjut mantan Kepala Bulog ini.

Dari cerita pengalaman kejatuhan Soeharto itu, Rizal menduga kali ini Luhut menjadi sosok pembisik Jokowi supaya melanjutkan kepemimpinan Indonesia untuk periode ketiga, meskipun pada faktanya konstitusi hanya membatasi 2 periode.

“Lah kok teman saya, Luhut Pandjaitan mau jadi Harmoko jilid 2. Bang, sudah lah, Bang, setop. Itu ambisi you pribadi, karena you terlalu banyak kepentingan bisnis. Terlalu ingin terus berkuasa. Sudahlah, berhenti. Kita kembangkan demokrasi,” ajaknya.

“Abang kan muridnya Gus Dur, guru Mahfud dan kita semua. Tapi kayaknya waktu Gus Dur kuliah demokrasi, tentang good government abang kayaknya enggak hadir tuh kuliahnya, absen kuliah dia. Jadi saya mohon sudahlah. Otak di belakang ini namanya Luhut Pandjaitan. It’s time to stop, jangan ngeyel terus,” tandasnya. (RMOL)