Memasuki Ramadhan, Harga Kebutuhan Pokok Merangkak Naik

Hukum permintaan dalam ekonomi menyebutkan “apabila harga mengalami penurunan, maka jumlah permintaan akan naik/bertambah, dan sebaliknya apabila harga mengalami kenaikan, maka jumlah permintaan akan turun/berkurang”. Sepertinya dalil hukum permintaan itu tidak berlaku pada saat bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul fitri, meskipun harga-harga melangit masyarakat tetap bersemangat untuk mencukupi kebutuhannya, terutama kebutuhan pangan.

Kondisi ini dianggap hal yang wajar bagi para pedagang bahan kebutuhan pokok. Contohnya, Ngatini pedagang sayur mayur di Pasar Inpres Kramat Jati, Jakarta Timur. Ia mengungkapkan sejak memasuki bulan puasa harga sayur mayur sudah mulai meningkat, terutama untuk cabai rawit merah harganya saat ini sudah mencapai 16 ribu rupiah perkilogram, sebelumnya hanya berkisar 8.000 perkilogramnya. Namun untuk harga bawang merah perkilogramnya masih termasuk normal, berkisar pada harga 6.000 rupiah perkilogram.

"Secara umum sayur mayur memang naik, mungkin karena musim kering tidak ada hujan, tapi kalau bawang justru malah murah, sebab kalau hujan hasilnya malah kurang baik, banyak yang busuk," ujar wanita yang sudah puluhan tahun menjadi tukang sayur itu.

Ngatini menjelaskan, untuk kenaikan yang paling signifikan pada Ramadhan saat ini terjadi pada harga jeruk nipis dari 4.000 perkilogram menjadi 10 ribu rupiah, sedangkan untuk wortel dan timun meski harganya naik, tetapi kenaikannya hanya sedikit.

Ia mengaku, situasi pembeli saat ini yang tidak menentu, mengakibatkan dagangannya terkadang tidak habis terjual.

Berbeda dengan Ngatini, Djaya Pedagang Daging menyatakan, meskipun harga naik animo masyarakat untuk mengkonsumsi daging tetap tinggi, karena para pembeli umumnya menyesuaikan dengan kantong mereka, jika mereka berkantong tebal maka akan membeli dalam jumlah banyak, dan sebaliknya kalau mereka hanya mempunyai uang sedikit tentunya kan membeli dalam jumlah yang sedikit.

"Kalau orang yang banyak duitnya pasti gak takut kemahalan, jadi tetap tinggi animo untuk makan daging," ungkapnya.

Djaya menegaskan, semua jenis daging menjelang Ramadhan dan mendekati hari Lebaran pasti akan naik, karena memang ini satu kesempatan bagi para pedagang untuk mencari keuntungan yang besar, di tengah melonjaknya pemintaan. Namun menurutnya, yang menjadi kendala apabila sudah harganya naik, tetapi pembeli kurang alias tidak laku. Di sini secara otomatis terutama jenis daging tidak bisa dihargai terlalu tinggi.

Ia menjelaskan, untuk saat ini kenaikan belum sangat signifikan, untuk daging sapi perkilogramnya masih berkisar pada harga 47 ribu rupiah sampai 50 ribu rupiah, tetapi mendekati Lebaran harga bisa mencapai 60 ribuan lebih.

Mengenai peredaran daging celeng atau Babi Hutan yang sudah masuk kepasaran, Djaya mengaku memang itu bisa berdampak pada penjualan dagingnya, tetapi dia yakin masyarakat sudah lebih jeli dan mengerti membedakan mana daging sapi yang sebenarnya.

Ia meminta pemerintah melakukan upaya yang tegas, jika memang daging itu sudah beredar dipasaran sebelum beredar, sebaiknya sudah diamankan terlebih dahulu, sebab apabila tidak maka masyarakat akan menganggap semua daging yang dijual itu adalah daging campuran dengan daging babi.

"Kayaknya itu sih isu-isu saja, kalau benar sudah masuk ke pasar jangan diedarkan buang saja, pemerintah harus bisa meyakinkan masyarakat biar gak was-was," tandasnya pria beruban yang sudah berjualan daging selama 30 tahun.

Selain daging, jenis lauk pauk yang digemari masyarakat terutama saat hari raya adalah ayam, ada dua jenis ayam yang dijual dipasar yakni ayam kampung dan ayam negeri. Tri Marni pedagang ayam negeri mengaku, sejak Ramadhan tiba harga ayam yang di jualnya sudah meningkat perekornya dari 11.800 rupiah menjadi 12.500 untuk ukuran besar, sedangkan ayam ukuran kecil dari 12.500 naik menjadi 14.500.

"Dari sejak puasa sudah pada naik, dan pembelinya untuk bulan puasa tahun ini berkurang," tukasnya.

Secara terpisah eramuslim juga bertemu dengan pedagang ayam kampung bernama Aris, Ia mengaku kenaikan ayam kampung yang dijualnya bisa mencapai 10 ribu rupiah, tetapi jumlah pembeli tetap stabil.

"Kenaikan dari 35 ribu rupiah bisa sampai 45 ribu, menjelang lebaran bisa mencapai 60 ribu-65 ribu rupiah itu harga belinya (modal), kalau dijual bisa lebih sampai 80 ribuan," ujarnya.

Kenaikan harga pokok saat Ramadhan menjadi keperihatinan Ibu rumah Tangga bernama Lasmi, dirinya lebih beruntung karena sanggup membeli daging sapi bagian buntut dengan harga 90 ribu dan daging sandung lamur seharga 24 ribu rupiah. “Semua harga naik, kasihan mereka yang tidak mampu, gak bisa beli apa-apa,”tandasnya.(novel)