Ia mencatat, pertumbuhan industri manufaktur hanya 4,33 persen atau lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi 5,17 persen. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi adalah 5,07 persen sementara sektor industri di bawah 5 persen.
“Neraca perdagangan yang terus digerogoti defisit, jika diikuti defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang besar, akan membuat rapuh sendi-sendi perekonomian bangsa,” terangnya.
Ecky mengingatkan, akibat defisit perdagangan dan CAD yang terus membesar, negara-negara emerging markets seperti Turki, Argentina, dan Afrika Selatan diterjang gejolak ekonomi dan krisis nilai tukar.
“Jadi ini soal yang sangat serius. Kita benar-benar membutuhkan kepemimpinan yang bisa mendorong transformasi struktural sehingga basis-basis produksi kita semakin kuat, produktif dan berdaya saing global,” pungkasnya. (rmol)