Seberapa Kuat Kalian Mau Boikot Rumah Makan Padang?

Bagaimana dengan Jokowi?

Kriteria ini yang bagi masyarakat Minang tidak terpenuhi pada sosok Jokowi, jauh dari standar kepemimpinan yg menjadi pegangan masyarakat Minang selama ini.

Bila masyarakat Minang sebahagian besar tidak memilih Jokowi, karena memang tidak memenuhi kriteria Kepemimpinan bagi masyarakat Minang. Mau dipaksa? Tidak bisa, masyarakat Minang adalah masyarakat yang egaliter, yg akan mengatakan “ya” pada saat mereka harus mengatakan “ya” – dan mengatakan “tidak” pada saat mereka harus mengatakan “tidak”. Standar etika dan sikap hidup mereka adalah “Kitabullah”.

Lalu karena tidak memilih Jokowi, para Jokowers akan memboikot Rumah Makan Padang?

Mungkin oleh masyarakat Minang hal itu akan dijawab dengan senyum saja. Sebelum Jokowi lahir atau pun sebelum para Jokowers itu lahir, yg namanya Rumah Makan Minang sudah ada dan sudah eksis sejak lama. Masakan nasional yg pertama kali mendunia adalah masakan Padang, dengan dibukanya RM Padang di banyak negara.

Rumah Makan Padang adalah Usaha yg murni mandiri, modal mandiri dari kemampuan keluarga. Usaha ini rata-rata dijalankan dengan pola “bagi hasil” antara seluruh pegawai yg terlibat di dalamnya. Itu sebabnya spirit kerja keras dan kerja cerdas menjadi pegangan bagi seluruh pihak yg terlibat di dalamnya, semakin besar usaha, semakin besar pula bagi hasil yg mereka dapatkan. Tanpa gembar-gembor pola syari’ah, usaha rumah makan Padang, menerapkannya begitu dasarkan filosofi masyarakat Minangkabau yang berpegang kepada Kitabullah.

Tingkat penyesuaian terhadap masyarakat sekitarnya pun sangat tinggi sesuai dg “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”, termanifestasi kan dalam penyesuaian rasa pada masakannya tanpa harus meninggalkan inti dari masakan itu sendiri.

Masyarakat Minang adalah masyarakat egaliter, masyarakat perantau, masyarakat yang biasa mandiri, artinya punya “fighting spirit” yang tinggi. Sekali layar terkembang-langkah surut berpantang. Ini merupakan pegangan kuat bagi para perantau Minang.

Bila kemudian ada pihak yg akan memboikot RM Padang hanya karena tidak memilih Jokowi, mungkin oleh masyarakat Minang akan dijawab dengan senyum saja. Mereka sangat yakin dengan Kitabullah, lahir, mati, jodoh, rezeki, semua merupakan Ketentuan Allah – bukan karena memilih atau tidak memilih Jokowi.

Dengan bermodalkan fighting spirit yg tinggi dan keyakinan yg dalam “Adat bersandikan Syara’- Syara’ bersandikan Kitabullah”, diancam seperti itu apakah mereka akan surut dan lalu merubah pendiriannya?

Tentu tidak – sekali layar terkembang langkah surut berpantang. Artinya, sekali membuat keputusan mereka pun siap menghadapi apa pun resiko yang harus dihadapi dari keputusan tersebut. Dan siap pula mengantisipasi resiko yg mungkin muncul.

Orang Minang tetap dengan kriterianya dalam memilih pemimpin, kriteria yg merupakan hal yang sudah diyakini turun-temurun.

Itu pula sebabnya mereka masih tetap menjatuhkan pilihan kepada Prabowo Subianto. Mereka yakin bahwa Prabowo mampu mewujudkan “Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur – negeri yang adil, aman, tenteram dan sejahtera yang penuh dengan keberkahan dari Allah”. []

Darby Jusbar Salim

NKS Consult  [rmol]