Sontoloyo, Genderuwo dan Lunturnya Politik Simbol Jokowi

Misalnya pada 17 Juni 2016 saat kapal-kapal China masuk ke zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di Natuna dan melakukan pencurian ikan tanpa izin. Jokowi langsung menggelar rapat terbatas di atas geladak kapal perang Imam Bonjol lima hari setelah kejadian.

Atau saat Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyindir ambisi Jokowi membangun infrastruktur. Jokowi langsung menyindir balik dengan mendatangi Kompleks Olahraga Hambalang. Seperti diketahui, kasus korupsi pembangunan Hambalang menyeret beberapa elite Partai Demokrat dan terjadi ketika SBY berkuasa.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik LIPI, Siti Zuhro, mengatakan memang ada perubahan gaya politik dari Jokowi. Siti menyebut perubahan gaya politik Jokowi tidak terlepas dari serangan dari kubu penantang, Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Kedua kubu dinilai belum memiliki komitmen tinggi pada kampanye damai.

“Sehingga yang terjadi perilaku frontal, berhadap-hadapan betul, tidak tedeng aling-aling lagi,” ujar Siti saat dihubungi CNN Indonesia, Senin (12/11).

Siti berujar sebenarnya keputusan Jokowi untuk tampil lebih frontal sangat riskan. Pasalnya selama periode pertama, publik simpati kepada Jokowi karena politik simbol yang mencerminkan budaya tinggi.

Dalam survei LIPI yang dirilis Juli lalu, masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih pemimpin yang sederhana dan merakyat ketimbang berwibawa.