Syahganda Naingggolan: “What is To Be Done”, Catatan Atas Pidato Prabowo

Kedua, tentang negara dan rakyat.  Prabowo meyakini bahwa negara yang kuat diperlukan untuk mewujudkan reorientasi pembangunan tersebut. Negara harus hadir untuk menjalankan strategi  besar (strategi dorongan besar/”big push”) yang ditandai dengan institusi negara yang bersih dan bebas korupsi.
Juga tak kalah pentingnya adalah negara yang melindungi. Negara harus pasti menjamin tidak ada warganya yang kurang gizi apalagi kelaparan. Negara harus menjamin keadilan yang berkelanjutan, yakni pro lingkungan, pro pendidikan dan bersifat lintas generasi. Terakhir, negara harus kuat dengan tentara yang kuat melindungi bangsanya dari ancaman asing.

Dari perspektif rakyat, arah pembangunan ke depan harus berpusat pada rakyat. Berpusat artinya rakyat lah yang menjadi subek pembangunan. Rakyat bukan sekedar objek.

Rakyat juga berarti pembangunan untuk semua bukan untuk segelintir orang, seperti yang terjadi selama ini. Lebih jelas lagi  bahwa musuh utama Prabowo ke depan adalah kemiskinan itu sendiri.  Prabowo akan berperang habis2an memusnahkan kemiskinan.

Akhir cerita pembangunan adalah hilangnya secara drastis kesenjangan sosial di Indonesia.

Ketiga, tentang Demokrasi. Prabowo menekankan bahwa kritik adalah bagian keseimbangan politik kekuasaan yang diperlukan (check and balance system). Tanpa kritik, sebuah rezim akan terjerumus pada kesewenang2an. Dengan kritik, pemerintahan bisa dapat masukan yang baik.