Video Siswa SD Bergelantungan Seberangi Sungai, Kades Sebut Ada Jembatan Tapi Jauh

“Lumayan jauh, tapi tidak tahu persis. Nah, jadi baik siswa maupun warga setempat, kadang lewat situ kalau jalan kaki,” ucapnya.

Tak hanya siswa, para orang tua juga kerap menggunakan jalur sungai itu. Namun, mereka biasanya melintasi sungai tanpa bergantungan di tali. Jika musim kemarau, air sungai yang surut memudahkan warga untuk berjalan di sungai karena dangkal.

“Tapi kalau musim hujan, airnya banyak maka lewat jalan lain. Jadi itu hanya jalan alternatif saja. Saya tanya kenapa tidak lewat jalan KUD. Tapi kata mereka jauh, kalau dari jalan KUD emang lumayan jauh juga,” jelasnya.

“Kalau mereka nyeberang itu langsung ke tempat sekolah, nyeberang naik motor sampe sekolah dekat. Artinya mereka ambil jalan pintas, bergelantungan,” ucapnya.

Para siswa juga tidak akan bergelantungan jika mereka berangkat diantar orang tuanya ke sekolah. Namun jika tanpa orang tua, mereka menggunakan tali itu untuk bermain-main.

“Sebenarnya bisa lewat bawah tanpa bergelantungan. Buka sepatu, jalan di sungai itu,” kata dia.

Lokasi Masuk Kawasan Hutan

Asril menyebutkan, sebagian kawasan Desa Kuntu masuk dalam kawasan hutan. Informasinya, ada beberapa kebun sawit 100-an hektare, yang berada di desa itu dan masuk kawasan hutan.

“Mereka sempat minta izin juga mau buka jembatan, tapi di situ ada kawasan hutan lindung. Takut nanti jadi akses pencurian dan perambahan. Mereka siap saja bangun jembatan,” ungkapnya.

Asril menyampaikan, ada sekitar 20 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di seberang sungai. Sedangkan pengusaha yang memiliki ratusan hektare kebun sawit bukan warga setempat.

“Kalau di sana memang milik pribadi perkebunan sawitnya. Bukan warga saya itu, orang dari luar,” tandasnya. [lia/merdeka]