Diam Adalah Cara Kita Melindungi Masyarakat Bawah

Virus ini menulari mereka yang datang dari luar negeri atau mereka yang berkumpul di kafe. Luar negeri dan kafe adalah lokasi yang lebih akrab bagi kelompok kelas menengah ke atas.

Peluang tertular paling besar adalah pada mereka yang berada di kelompok kelas menengah dan kelas atas. Atau, kelompok-kelompok yang bersentuhan dengan kelas ini.

Sejak case 01 pada 2 Maret 2020 hingga 16 Maret 2020, atau 14 hari, ada 134 kasus Covid-19 di Indonesia. Angka ini mungkin masih kecil dibandingkan negara lain, tetapi negara lain menemukan kasus pertamanya lebih dulu dari Indonesia.

Narasi pemerintah pun sudah berubah dibandingkan bulan lalu. Dulu narasinya hanya soal cuci tangan dengan sabun, dan menerapkan pola hidup sehat.

Kini, narasi pemerintah bukan cuma soal cuci tangan. Pemerintah meminta masyarakat cara untuk mencegah penularan adalah membatasi mobilitas alias pergerakan.

Pembatasan mobilitas atau pergerakan untuk berarti kita sebagai masyarakat harus memperlambat laju atau bahkan diam. Pemerintah harus lockdown atau masyarakat atau slow down.

Diam di rumah adalah opsi yang tidak bisa ditawar, khususnya bagi orang-orang yang bepergian dengan transportasi umum. Sebab, bersentuhan dengan orang yang terpapar virus, baik bergejala atau tidak bergejala, akan berpotensi menularkan virus yang kita semua minim informasi tentangnya.

Kita semua minim informasi tentang virus corona karena virus ini adalah corona jenis baru. Pada awalnya, banyak yang bilang virus ini hanya flu dan bisa sembuh sendiri (tentu saja sembuhnya dengan pengawasan dan isolasi dokter). Belakangan, sejumlah orang yang sembuh mengaku mengalami kesulitan bernafas atau ada kemungkinan penurunan fungsi paru-paru.

Diam memang bukanlah opsi bagi semua orang, tetapi diam menjadi satu-satunya opsi untuk mencegah virus ini menyerang orang-orang yang kita sayangi. Diam adalah cara yang paling mungkin kita lakukan untuk membantu pemerintah mengatasi virus ini menyebar. Diam adalah cara kita melindungi masyarakat yang lebih luas, khususnya kelompok-kelompok yang minim akses informasi dan fasilitas kesehatan seperti orang-orang di pasar.(end)

*) penulis: Ratna Puspita, jurnalis republika.co.id