“Rocky De Plato”

RG memukau KAMI dalam pidato singkatnya karena RG dapat menjelaskan kerangka perjuangan KAMI dengan dialektika yang baik. RG menjelaskan arah perjuangan KAMI adalah menjadikan orang-orang miskin di puncak Gunung Pancar harus lebih mulia daripada orang-orang kaya raya di bawah gunung itu, di Sentul.

RG menjelaskan strategi perubahan harus melihat tanda-tanda alam dan melihat bergulirnya bebatuan. KAMI sebagai “batu besar” harus mampu menggerakkan bebatuan lainnya bergulir dan merubah struktur pegunungan (perubahan sosial besar).

Rocky adalah bapak filsuf Indonesia. Seperti Plato, RG mengalami transformasi dari “pure reason” menjadi juga “empiricism”.  Pembahasan RG terhadap segala hal, sebagaimana Plato muda, harus mengutamakan akal sehat. Jika tidak bisa dicerna akal sehat maka apa yang bisa didiskusikan.

Namun, perenungan RG dari gunung ke gunung, seperti juga Himalaya beberapa tahun lalu, membawa RG percaya pada kekuatan alam semesta. Dalam “pure reason”, RG juga sering menyelipkan kata kata tentang hukum alam dan kekuatan alam. Di sini RG berinterseksi dengan kalangan agama yang menempatkan kekuatan “beyond ratio” pada Tuhan YME. Ruang interaksi itu membuat perubahan besar RG muda dengan RG saat ini, di mana dirinya banyak berinteraksi dengan para agamawan, khususnya kalangan ulama.

Pengamatan atau observasi RG atas nasib petani yang kekurangan air, membawa RG dari filsup “prepositional knowledge” ke arah sosiolog. Tesa, Anti Tesa dan Sintesa tidak lagi terjadi karena (ala Hegelian) perbenturan idea, namun RG menemukan jawaban dari observasi (pengamatan).

Fakta dan tafsir atas fakta menjadi penting dalam bagian hidup RG.

Fakta dan tafsir atas fakta pada kehidupan Plato telah pula merubah Plato yang awalnya percaya demokrasi menjadi ragu terhadap demokrasi. Kematian gurunya, Socrates, dihukum mati, di era demokrasi Yunani, membawa Plato terguncang.

RG sepanjang hidupnya adalah pejuang demokrasi. Di masa otokrasi Orde Baru, RG telah ikut mendirikan Fordem (Forum Demokrasi), yang melawan Suharto. Forum Demokrasi sangat terkenal didirikan antara lain oleh Gus Dur, Marsilam Simanjuntak, Rahman Toleng. Dua terakhir adalah bagian guru politik RG.

Namun, RG melihat sepanjang 20 tahun belakangan ini, demokrasi telah ditunggangi dan dikangkangi pemilik modal dan kaum oligarki lainnya, untuk membuat antara lain, petani-petani kehilangan air karena disedot properti mewah orang-orang kaya. Dua puluh tahun, atas nama demokrasi, perampokan sumber daya alam kita terjadi dan tidak menyisakan bagi orang-orang miskin.

Bisa jadi jalan demokrasi bagi RG sedang dicurigainya, sebagaimana Plato akhirnya menolak demokarasi. Namun, tampaknya RG masih menyimpan demokrasi sebagai yang terbaik.

Penutup

Debat RG dengan seorang pejabat negara dari kementerian Kominfo RI, yang juga Guru Besar Universitas Airlangga, dua hari lalu di sebuah stasiun TV, telah diikuti dengan hujatan sang Guru Besar bahwa RG memberi dua manfaat di Indonesia, katanya, 1) RG telah menyatukan kelompok yang dinilai kelompok intolerant. 2) RG membantu Guru Besar tersebut memperbanyak follower tweeter nya.