Hany Abu-Assad: "Penghargaan ini Adalah Pengakuan Bahwa Bangsa Palestina Berhak atas Kemerdekaannya"

Film ‘Paradise Now’ besutan sutradara Hany Abu-Assad memenangkan penghargaan Golden Globe sebagai film berbahasa asing terbaik. ‘Paradise Now’ merupakan film yang menceritakan tentang pemuda Palestina yang memutuskan untuk menjadi martir dengan melakukan aksi bom bunuh diri.

Dalam pidatonya saat menerima penghargaan itu, Abu-Assad mengatakan, penghargaan tersebut merupakan pengakuan bahwa bangsa Palestina layak untuk mendapatkan kemerdekaannya dan diperlakukan sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia tanpa persyaratan apapun. Pada kesempatan itu, Abu-Assad juga menyerukan dibentuknya negara yang merdeka bagi bangsa Palestina serta menghentikan ketidakadilan yang dilakukan oleh pendudukan Israel.

Abu-Assad menambahkan, ia tidak berpihak ke mana pun dalam membuat film ‘Paradise Now’ namun ia berupaya untuk menjelaskan mengapa seorang pemuda yang bekerja di sebuah bengkel sederhana mau mengorbankan nyawanya sendiri dan orang lain.

"Saya tidak percaya film saya mengundang kontroversi. Saya hanya menampilkan sesuatu dari sisi yang berbeda dari apa yang menjadi kekhawatiran kita selama ini," katanya pada para wartawan usai menerima penghargaan tersebut di Los Angeles pada Senin (16/1) kemarin.

Penghargaan Golden Globe diselenggarakan setiap tahun sejak 1944 oleh Hollywood Foreign Press Association (HFPA). Penghargaan ini diberikan pada produk-produk televisi dan karya-karya film layar lebar.

Dengan memenangkan penghargaan Golden Globe, film ‘Paradise Now’ memiliki kesempatan besar untuk menjadi salah satu nominasi Oscar. Jika itu terjadi, maka ‘Paradise Now’ akan menjadi film Palestina pertama yang dinominasikan menerima penghargaan paling bergengsi di dunia hiburan itu.

‘Paradise Now’ diputar pertama kali dalam festival film Berlin tahun 2005 lalu dan memenangkan penghargaan Blue Angel sebagai film Eropa terbaik. Penghargaan lainnya yang diraih film ini antara lain penghargaan Berliner Morgenpost Reader’s Prize dan Amnesty International Award sebagai film terbaik.

Ketidakadilan di Bawah Pendudukan Israel

Assad menyatakan, lewat filmnya ia ingin penonton memahami pola pikir sehingga seseorang mau melakukan aksi bom jihad, yang menurut Assad lebih disebabkan karena adanya ketidakadilan terhadap bangsa Palestina dan tidak adanya perdamaian di bawah pendudukan Israel.

"Perasan ketidakadilan itu begitu kuat sehingga mereka mau mengorbankan nyawa mereka dan orang lain untuk mengatakan bahwa ‘Saya tidak lemah.’ Ini merupakan situasi yang rumit, tapi yang memicunya adalah situasi yang tidak adil," papar Assad.

"Di bawah penjajahan (Israel), kami sudah mati… dalam kehidupan ini, sebenarnya kami sudah mati…. Jika kita tidak bisa hidup sebagai orang yang berderajat, setidaknya kita bisa mati sebagai orang yang berderajat," demikian cuplikan dialog yang sering diungkapkan dalam film tersebut.

"Paradise Now" berkisah tentang dua pemuda Palestina sementara mereka menghabiskan 48 jam yang mungkin akan menjadi sisa hidup mereka. Dalam film itu ditampilkan bagaimana kehidupan sehari-hari dua pemuda tersebut di tengah-tengah serangan roket Israel dan kemiskinan yang melilit. Kondisi semacam itu membuat dua pemuda yang sudah berteman sejak kecil ini, mempersiapkan diri mereka untuk melakukan bom syahid yang sudah menjadi cita-cita sepanjang hidup.

Assad menulis skenario film ‘Paradise Now’ pada 1999 dan mulai melakukan pengambilan gambar untuk film tersebut di Nablus pada tahun 2004. Banyak suka duka yang dialami para kru saat membuat film ini, mulai dari serangan misil Israel sampai ancaman dari sejumlah warga Palestina sendiri. (ln/iol)