Jelang Perundingan dengan Palestina, Israel Malah Kebut Membangun Pemukiman

Tak ada hubungannya dengan rencana dialog Israel dan Palestina, dengan proyek Yahudisasi Palestina. Menjelang penyelenggaraan konferensi Annapolis, Israel malah mempercepat pembangunan dan perluasan lokasi pemukiman Yahudi di Tepi Barat.

“Hingga saat ini Israel masih terus memperbanyak unit unit rumah tinggal baru di 88 lokasi pemukiman mereka di Tepi Barat, ” tulis sebuah laporan Aksi Perluasan PemukimanYahudi.

Laporan itu memberi peringatan bahwa setelah sebelumnya Israel mengaku hanya membangun bangunan individu saja, ternyata kini ada ratusan komplek rumah tinggal yang sedang terus dibangun.

Percepatan pembangunan proyek perumahan Yahudi di Tepi Barat, menurut Sekjen Aksi Yarev Obenhabr, “Peluang suksesnya konferensi perdamaian di Annapolis Amerika Serikat bisa mengancam proyek pemukiman Yahudi ini. ”

Ia menambahkan, bila pembangunan ini berlangsung terus seperti ini, maka kita akan melihat kota ini sebagai kota pemukim Yahudi ketimbang kota Palestina di Tepi Barat.

Melalui pemantauan yang dilakukan selama bulan Mei dan Oktober, disimpulkan bahwa pertambahan imigran Yahudi melebihi jumlah normal. Sebelumnya Israel pernah menyatakan akan membangun pemukiman seimbang dengan jumlah imigran yang datang. Ada sekitar 600 unit pemukiman baru yang sekarang dibangun oleh kelompok Yahudi radikal yang melebihi jumlah normal di pemukiman Jafat Zaef, sisi Barat Daya Jerussalem.

Anehnya, aksi percepatan dan perluasan rumah untuk Yahudi itu justru bertabrakan dengan salah satu poin resmi yang rencananya bakal disepakati Israel, soal penghentian pembangunan pemukiman Yahudi. Israel menurut pemberitaan akan mengajukan kesepakatan soal itu guna menjamin fase awal berdirinya negara Palestina merdeka, sesuai arahan negara Kwartet (AS, PBB, Rusia dan Eropa). Dan saat inipun, Israel dan Palestina sedang meningkatkan komunikasi guna menyepakati dokumen kesepakatan sebagai draft yang akan dikaji dalam konferensi Annapolis.

Ini hanya menjadi bukti tambahan yang semakin menegaskan bahwa Israel memang tak pernah mempunyai niat baik terhadap Palestina. Bahasa yang dipahami Israel hanyalah bahasa senjata dan kekuatan, bukan bahasa diplomatik apalagi perundingan damai. (na-str/iol)