Masjid Nabi Ibrahim dan Masjid Bilal bin Rabbah Resmi Diyahudisasi Israel

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu pada Ahad (21/2) kemarin secara resmi mengumumkan keberadaan Masjid Ibrahim (al-Haram al-Ibrahimi) yang terletak di kota tua Hebron (Khalil) sebagai situs Yahudi.

Pengumuman PM Israel atas status al-Haram Ibrahimi tersebut kian menguatkan kabar Yahudisasi dan rencana pengubahan tempat suci umat Islam dan agama-agama Samawi tersebut menjadi Sinagog.

Selain Masjid Ibrahim, Masjid Bilal bin Rabbah yang terletak di kota Betlehem (Bait Lahm) juga diumumkan sebagai situs Yahudi lainnya. Netanyahu menyatakan bahwa di bawah tanah masjid tersebut terdapat makam Rachel, ibunda Nabi Yusuf.

"Kami berharap kedua situs bersajah itu segera bergabung dengan situs-situs Yahudi lainnya. Kita akan segera memberitahukan kepada anak-anak kita tentang hal ini, dan mewariskannya untuk mereka," kata Netanyahu.

Netanyahu menambahkan, keberadaan Israel sebagai sebuah negara bukan hanya terikat pada parlemen, tentara, dan ekonomi, tetapi juga pada emosi dan situs keyahudian yang kelak akan diwariskan pada generasi berikutnya.

Surat kabar Israel, Haaretz (21/2) menyatakan bahwa pasca diresmikan dan diumumkannya status situs al-Haram al-Ibrahimi dan Masjid Bilal bin Rabbah itu, pemerintahan Israel akan segera bergerak untuk "mengambil alih" dan mengembangkan kedua situs tersebut.

Dewan Kependudukan Israel menyambut baik pengumuman PM mereka itu. Dani Dian, kepala Majlis Kependudukan Israel menyatakan, keputusan PM Netanyahu terkait situs-situs tersebut merupakan bagian dari sejarah yang penting.

Dian juga meminta PM Netanyahu untuk menstatuskan keyahudian beberapa situs kepurbakalaan lainnya, semisal makam Nabi Yusuf yang terletak di kota Nablus di Tepi Barat Palestina.

Sambutan yang sama juga dikemukakan Badan Kepurbakalaan Israel. Dinyatakannya, keputusan PM Netanyahu akan menjaga dan melestarikan situs-situs Yahudi di Israel.

Sementara itu, anasir Palestina mengecam keras keputusan PM Netanyahu. Kepala Biro Informasi Pemerintahan Palestina di Ramallah, Ghassan al-Khatib, menyebut keputusan tersebut sebagai "pukulan telak dan kekalahan bagi Palestina".

Al-Khatib menambahkan, keputusan PM Netanyahu yang meyahudisasi situs-situs kepurbakalaan Palestina yang sebelumnya berstatus sebagai kepurbakalaan Islam, merupakan bentuk nyata penghinaan Israel kepada Palestina.

Kecaman serupa juga diungkapkan Anggota Knisset (Parlemen) Israel dari unsur Arab-Palestina, Muhammad Baraka. Kantor berita Palestina "Ma’a" (21/2) mengutip pernyataan Baraka bahwa Israel telah melakukan upaya pengambil alihan situs-situs kepurbakalaan Palestina sejak tahun 1967 silam.

"Kini mereka mengambil alih dua situs purbakala Palestina terpenting, yaitu Masjid Ibrahim dan Masjid Bilal bin Rabbah," kata Baraka. (ags/iol)