PA: Perayaan Paskah Yahudi Membatasi Kebebasan Warga Palestina

Pejabat Otoritas Palestina (PA) Senin kemarin (18/4) mengecam keputusan Israel untuk menutup wilayah Tepi Barat, mengatakan pada saat orang Yahudi merayakan Paskah yang merupakan liburan kebebasan, di sisi lain perayaan Yahudi itu justru membatasi kebebasan warga Palestina.

"Kebebasan harusnya menjadi nilai yang setiap manusia meyakininya dan melakukan ibadah untuk hal itu. Warga Palestina akan terus membuka jalan mereka untuk kebebasan, yang kami harap akan menjadi lebih dekat pada bulan September tahun ini," kata seorang jurubicara Palestina Media Center milik pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Selama liburan Paskah, orang Yahudi memperingati peristiwa eksodus mereka dari Mesir, ketika orang-orang Yahudi yang dikatakan oleh Taurat telah dibebaskan dari perbudakan.

Departemen Pertahanan Israel mengeluarkan perintah untuk menempatkan Tepi Barat di bawah "blokade" selama 10 hari kurang dari 12 jam sebelum penutupan, membuat PA menyatakan bahwa "sementara Israel merayakan liburan mereka, orang-orang Kristen dan Muslim Palestina menghadapi pengekangan atas kebebasan bergerak dan hak mereka untuk beribadah. "

Seiring dengan penutupan Tepi Barat, polisi Israel telah menaikkan tingkat siaga nasional, sedangkan tentara dikerahkan di sekitar Gaza mengatakan mereka siap untuk semua skenario.

"Ribuan polisi dikerahkan di seluruh negeri, dan khususnya di wilayah Yerusalem," kata juru bicara polisi Micky Rosenfeld kepada AFP, mencatat belum ada ancaman spesifik yang telah dirasakan.

Sinagoga, pasar, stasiun, pusat komersial dan taman nasional, yang cenderung menarik kerumunan pengunjung selama liburan Paskah, ditingkatkan keamanannya.

Polisi juga memperkuat penyebaran mereka di dalam Kota Tua Yerusalem untuk memastikan adanya perlindungan terhadap kerumunan para peziarah Kristen di kota itu untuk merayakan Paskah, kata Rosenfeld.(fq/mna)