Pengamat Politik: Ide Percepatan Pemilu Palestina, Karena Diplomasi Hamas di Luar Negeri Sukses

Kunjungan PM Palestina Ismail Haniyah ke sejumlah negara Arab dan Islam baru-baru ini menghasilkan jutaan dolar bantuan untuk Palestina. Di sisi lain, aksi lobi dilakukan sejumlah delegasi Hamas ke berbagai negara Eropa. Dua faktor inilah rupanya yang ada di balik kemunculan ide percepatan pemilu oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Pernyataan seperti ini dilontarkan sejumlah pengamat politik Palestina kepada Islamonline. Dr. Raid Nairat, Dosen Ilmu Politik Universitas An Najah, Tepi Barat, menganggap salah satu sebab langsung seruan Abbas untuk menggelar percepatan pemilu adalah, “kemampuan” Hamas menembus lobi Eropa dan meyakinkan sejumlah tokoh di negara tersebut terkait ide gencatan senjata jangka panjang. Menurut Nairat, apa yang dilakukan oleh delegasi Hamas di sejumlah Negara Eropa itu merupakan semi perjanjian damai versi baru, dengan kompensasi berdirinya Negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967. “Sejumlah prestasi yang dilakukan Hamas untuk membuka blokade atas Palestina serta sikap tokoh Eropa yang menyambut positif ide gencatan senjata yang ditawarkan Hamas, tidak menggoyahkan sejumlah pihak untuk tetap mendukung ide percepatan pemilu, seperti dilakukan PM Inggris Toni Blair,” ujarnya.

Sama dengan Nairat, pengamat politik Palestina Shalih Niami juga memandang bahwa salahs satu sebab penting yang mendorong Abbas mengeluarkan ajakan percepatan pemilu adalah kesuksesan besar yang dilakukan PM Ismail Haniyah dalam kunjungannya ke sejumlah Negara Arab dan Islam. “Presiden memandang Hamas mampu membuka sedikit blokade yang dilakukan atas Palestina, melalui kunjungan Haniyah. Lalu presiden berusaha mendahului kesuksesan itu dengan rangkaian peristiwa besar dan dikeluarkannya pernyataan percepatan pemilu,” ujar Niami.

Masih menurut Niami, keputusan terakhir Abu Mazin adalah karena ia ditekan oleh sejumlah pihak seperti AS, Uni Eropa dan gerakan Fatah sendiri untuk mengeluarkan kebijakan percepatan pemilu. Ini ditujukan agar Hamas segera keluar dari lingkar kekuasaan Palestina.

Sementara itu, pakar politik Palestina Ibrahim Abul Haija justru tidak mengkaitkan faktor keberhasilan Hamas dan ide percepatan pemilu. Menurutnya, ide percepatan pemilu itu memang sudah direncanakan akibat tekanan internal arus dalam gerakan Fatah yang menolak untuk berdampingan dengan Hamas.

PM Palestina Ismail Haniyah melakukan kunjungan ke bebeapa negara untuk berbicara mengenai arah politik Palestina dan upaya mengatasi blokade ekonomi yang dilakukan negara AS dan Eropa atas Palestina. Dari kunjungannya tersebut, Haniyah memperoleh bantuan dana jutaan dolar. Qatar, sudah siap mengucurkan dana untuk membayar gaji enam bulan pegawai negeri yang totalnya berjumlah 180 juta dolar serta mendirikan bank Islam dengan dana awal 100 juta dolar. Qatar juga berencana membangun kota olah raga di Ghaza dengan dana 150 juta dolar. Sementara Iran, berjanji segera mencairkan dana bantuan sebesar 120 juta dolar untuk rakyat Palestina, dan membantu pelunasan gaji pegawai di tiga kementerian selama enam bulan. Iran juga menyatakan siap membantu kehidupan keluarga tahanan selama enam bulan. (na-str/iol)