Rejim Zionis yang Buta dan Tuli, Terus Perluas Pemukiman di Tanah Palestina

Rejim Zionis Israel lagi-lagi melanggar kesepakatan dan seruan internasional untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Al-Quds. Alih-alih mendengarkan seruan itu, Juru Bicara Kementerian Perumahan Israel Eran Sidis mengumumkan bahwa pihaknya akan membuka tender pembangunan 121 unit rumah di Har Homa dan 763 rumah lainnya di Pisgat Zeev.

Di bawah kesepakatan Peta Jalan Damai antara Palestina-Israel yang dimediasi Tim Kuartet yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, AS dan Rusia, Israel diwajibkan menghentikan semua aktivitas pembangunan pemukiman dan membongkar semua pemukiman yang dibangun setelah bulan Maret 2001.

Tapi Israel tidak pernah mematuhi kesepakatan itu. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dalam beberapa bulan belakangan ini memberikan lampu hijau bagi pembangunan sedikitnya 1.710 rumah baru di Tepi Barat, 750 rumah di antaranya dibangun di Al-Quds. Tahun 2007, Israel mengumumkan rencana pembangunan senilai 1, 5 milyar shekel untuk memperluas pemukiman Yahudi di al-Quds.

Saat ini, terdapat lebih dari 164 pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang menggunakan 40 persen lebih wilayah Palestina yang diduduki Israel. Dunia internasional selama ini hanya berani mengatakan bahwa semua pemukiman Yahudi Israel itu ilegal, tanpa melakukan tindakan nyata untuk menjatuhkan sanksi terhadap rejim Zionis Israel.

Pihak Palestina mengecam keras tindak rejim Zionis Israel yang telah melanggar kesepakatan Peta Jalan Damai. Presiden Palestina Mahmud Abbas menyebut tindakan Israel itu sebagai ancaman yang membahayakan proses perdamaian.

"Proses perdamaian tidak akan bisa mencapai kemajuan tanpa penghentian aktivitas pembangunan pemukiman Israel secara total dan menyeluruh, " kata Mahmud Abbas dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor kepresidenan Palestina.

Organisasi perdamaian Israel Peace Now juga mengecam tindakan pemerintahnya yang terus membangun pemukiman Yahudi di tanah milik bangsa Palestina. Direktur Peace Now Yariv Oppenheimer pesimis perdamaian akan lebih mudah tercapai jika Israel terus melanggar kesepakatan.

"Satu-satunya warisan pemerintah Olmert adalah perluasan pemukiman Yahudi dan membuat masalah di Yerusalem menjadi persoalan yang sulit dipecahkan, " tukas Oppenheimer.

Aksi Protes di Tepi Barat

Sementara itu, ratusan warga Palestina, Israel dan aktivis internasional hari Minggu (1/6) berkumpul di desa Bilin, Tepi Barat memprotes perluasan pembangunan tembok pemisah yang dibangun rejim Zionis di Tepi Barat. Aksi protes itu diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan Zionis, yang menyebabkan tiga orang terkena tembakan peluru karet dan delapan orang lainnya terpaksa dirawat akibat gas air mata yang digunakan tentara Zionis saat mencoba membubarkan para pengunjuk rasa.

Penduduk desa Bilin mengatakan, aksi unjuk rasa itu sudah dilakukan sejak militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tanah warga sekitar 620 akre untuk keperluan perluasan pembangunan tembok pemisah. Rejim Zionis membangun tembok pemisah itu dengan alasan untuk mencegah serangan dari wilayah Palestina. (ln/iol/aljz)