Tuk-Tuk Jadi "Mobil" Favorit Warga Gaza

Blokade Israel menyebabkan warga Gaza kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Sebagai gantinya, warga Gaza membuat gerobak yang ditarik dengan kuda kecil semacam keledai sebagai alat transportasi mereka. Tapi sekarang, ada alat transportasi unik yang mulai banyak berseliweran di jalan-jalan Gaza.

Alat transportasi itu adalah "tuk-tuk", kendaraan pengangkut yang menggunakan motor seperti yang digunakan di beberapa negara Asia. Tapi, dari mana warga Gaza mendapatkan "tuk-tuk " dan bahan bakarnya?

Keberadaan "tuk-tuk" ternyata mampu membuat perubahan bagi kehidupan keseharian warga Gaza dan perekonomian mereka. Satu fenomena "aneh" yang terjadi di Gaza, sekarang, harga bensin jadi lebih murah daripada harga air bersih. Warga Gaza yang memiliki "tuk-tuk" mengaku mendapatkan bahan bakar yang diselundupkan ke Gaza.

Ahed Al-Idrisi, seorang warga Gaza pemilik "tuk-tuk" mengungkapkan, ia memilih menggunakan "tuk-tuk" daripada kereta yang ditarik keledai karena biaya yang dikeluarkan lebih murah. "Makanan untuk keledai lebih mahal karena harus dibeli dari Israel. Sekarang, barang yang harganya paling murah di Gaza adalah bensin," kata pemuda berusia 29 tahun yang dulunya berprofesi akuntan, tapi sekarang menjadi penjual alat-alat rumah tangga di Gaza.

Untuk memiliki "tuk-tuk" Al-Idrisi menjual kereta keledainya dengan harga 7.000 dollar dan membeli "tuk-tuk" seharga 2.400 dollar. Menurut Al-Idrisi, "tuk-tuk" membutuhkan satu liter bensin untuk menempuh jarak 25 kilometer dan bisa dipakai untuk menyusuri pantai Gaza selama kurang lebih satu jam. Dan setiap harinya, menurut Al-Idrisi, ia jarang sekali mengeluarkan uang lebih dari 3 dollar untuk membeli bensin "selundupan".

Bensin-bensin itu diselundupkan ke Gaza lewat terowongan-terowongan bawah tanah yang dibangun warga Gaza sejak Israel memberlakukan blokade penuh terhadap Jalur Gaza. Blokade itu menyebabkan warga Gaza terisolasi dari dunia luar dan sulit mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Warga Gaza mendapatkan bahan bakar yang diselundupkan lewat terowongan dari Mesir. Di Mesir, harga bensin jauh lebih murah–sekira 50 sen per liter–dibandingkan dengan harga bensin yang dijual Israel.

"Tuk-tuk" kini menjadi "mobil" andalan warga Gaza. "Tuk-tuk lebih cepat dari keledai," kata Abu Fayez .

"Seekor keledai membutuhkan biaya 20 sampai 30 shekel (5 sampai 8 dollar) untuk makanannya. Sedangkan ‘tuk-tuk’ hanya butuh 10 shekel sudah bisa menempuh jarak 80 kilometer per jam," sambung Abu Fayez.

"Tuk-tuk" yang saat ini meramaikan jalan-jalan di Gaza kebanyakan buatan Cina. Kendaraan itu masuk ke Gaza juga lewat terowongan alias diselundupan. Bagian-bagian "Tuk-tuk" dibongkar agar mudah dibawa memasuki terowongan-terowongan Rafah, dan setelah di Gaza bagian-bagiannya dirangkai kembali.

Tapi tidak semua warga Gaza antusias dengan trend "tuk-tuk". Mustafa Abu Warda, yang sudah 30 tahun menjadi penjual mobil di Gaza mengaku tidak tertarik untuk beralih ke bisnis "tuk-tuk". "Ketika kami masih menjual mobil, setiap orang mendapatkan keuntungan; penjual, montir, pemilik gudang. Semua orang bekerja keras. Tapi ‘tuk-tuk’, yang untung cuma para pemilik terowongan," ujarnya.

"Pemilik terowongan mengenakan biaya 300 dolar untuk setiap ‘tuk-tuk’ yang diselundupkan, margin keuntungan saya cuma 100 sampai 150 dollar. Pada prakteknya, saya sebenarnya rugi," kata Abu Warda.

Meski demikian, ia memahami mengapa warga Gaza lebih memilik "tuk-tuk" dibandingkan kereta yang ditarik keledai. "Keledai sekarang sudah ‘mati’. Tidak untuk ‘tuk-tuk’," tukasnya. (ln/mol)