Utusan AS: Israel Sengaja Kacaukan Upaya Damai dengan Palestina

Utusan AS untuk wilayah Palestina-Israel Jenderal Keith Dayton mengaku frustasi menghadapi sikap Israel yang dengan sengaja menimbulkan persoalan keamanan di Tepi Barat.

Kantor berita Maan melaporkan, Dayton mengungkapkan hal tersebut dalam pertemuan dengan sejumlah diplomat asing di Ramallah, Tepi Barat beberapa hari yang lalu. Menurut sumber-sumber yang mengetahui jalannya pertemuan itu, Dayton mengatakan bahwa pemerintah otoritas Palestina telah berusaha dengan serius untuk mematuhi ketetapan-ketetapan yang tercantum dalam kesepatan Peta Jalan Damai dengan Israel, namun Israel terus mengganggu kerja keras Palestina. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan para pucuk pimpinan di kemiliteran Israel, kata Dayton, malah melakukan berbagai upaya untuk menghalang-halangi kesuksesan otoritas Palestina dalam mengimplementasikan Peta Jalan Damai.

Dalam pertemuan itu, menurut sumber tadi, Dayton bahkan mengatakan di depan para konsul negara-negara asing, "Bagaimanan Palestina bisa menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah-wilayahnya yang bukan di bawah kontrol Palestina. Seperti wilayah B dan wilayah C, yang sekarang di bawah pendudukan Israel?"

"Ketika kami menanyakan hal ini pada Israel dan aparat militer serta keamanannya, kami tidak mendapakan jawaban yang masuk akal, " lanjut Dayton putus asa.

Ekspansi Israel Hambat Upaya Damai

Israel memang kerap melanggar kesepakatan-kesepakatan damai yang telah disetujuinya sendiri dengan Palestina. Salah satunya yang termaktub dalam Peta Jalan Damai adalah Israel harus menghentikan perluasan pemukimannya di wilayah Tepi Barat. Faktanya, secara sepihak, Israel masih terus menyetujui pembangunan rumah-rumah baru untuk pemukiman-pemukiman Yahudi di wilayah itu.

Hari Minggu lalu, pemerintah Israel menyatakan akan melanjutkan rencana pembangunan 750 unit rumah baru di Givat Ze’ev, dekat Al-Quds. Israel tak peduli dengan kecaman dunia atas tindakannya itu. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana menyatakan, perdamaian di Timur Tengah sulit tercapai jika Israel masih melanjutkan ekspansi pemukimannya di Tepi Barat.

"Pembangunan pemukiman itu harus dihentikan. Kami menegaskan hal ini karena Israel telah membahayakan proses perdamaian di Annapolis, " ujar Solana dalam keterangan persnya setelah melakukan pertemuan dengan para menteri Uni Eropa.

Ketua Komisi Hubungan Eksternal Uni Eropa, Benita Ferrero Waldner dalam keterangan pers itu juga mengungkapkan bahwa mayoritas pejabat Uni Eropa meyakini bahwa Israel harus membuka kembali semua perbatasan Ghaza yang ditutupnya, untuk memulihkan stabilitas perekonomian dan mengakhiri krisis kemanusiaan yang dialami warga Ghaza.

Sementara itu, otoritas pemerintahan Palestina kembali mendesak Israel agar menghentikan perluasan pemukimannya di Tepi Barat. Juru runding Palestina Ahmed Qureia hari Selasa (11/3) kembali menegaskan bahwa perluasan pemukiman merupakan tamparan bagi proses perdamaian antara Israel-Palestina.

"Kami menolak semua aktivitas ilegal termasuk perluasan pemukiman, yang terus merongrong upaya untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang menyeluruh sebelum akhir tahun 2008, " tandas Qureia. (ln/alajz/presstv)