Bagaimana Cara Shalawat yang Diajarkan Nabi Muhammad?

Perhatian yang dicurahkan para sahabat tersebut menginsipirasi Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz untuk menuliskan seruan kepada segenap umat. Surat tersebut ditujukan kepada Ibnu Al-Jauzi. Catatan yang dibuat secara khusus untuk menyerukan kepada umat agar gemar dan memperbanyak bershalawat.

Apalagi, dikatakan sang Khalifah, umat Islam telah sibuk dengan aktivitas dan rutinitas duniawi sehingga melalaikan akhirat. Masyarakat lebih mengelu-elukan para pemimpin dan pejabat daripada menghormati dan mengagungkan Muhammad, Rasulullah SAW.

“Sampaikan surat saya kepada mereka dan serukan agar bershalawat kepada para nabi, serta berdoa untuk seluruh umat Islam, lalu hiraukan selain semua itu,” tulis Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam surat itu.

Mengingat pentingnya bershalawat, para ulama mempunyai inisiatif untuk membuat dokumentasi tentang shalawat. Meski begitu, tulisan yang secara khusus membahas tentang shalawat sangat minim. Karena itu, kitab yang dikarang oleh imam Ismail bin Ishaq (282 H) bisa dikatakan sebagai referensi yang langka.

Selain belum terdapat kitab yang secara khusus memaparkan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan dan tata cara bershalawat, keberadaan naskah kitab ini cukup sulit ditemukan. Tidak hanya oleh sarjana Muslim, para peneliti Barat sekelas Brockleman saja luput menyertakan kitab ini ke dalam daftar penelitiannya.

Salah satu naskah yang cukup langka itu tersimpan di perpustakaan Adh-Dhahiriyah, Damaskus, Suriah. Walaupun tulisannya masih lumayan bagus, memang sayangnya, layaknya tradisi para penulis kitab di masa klasik, huruf yang dituliskan hampir nihil goresan titik pada huruf-huruf tertentu yang sejatinya memerlukan tanda tersebut.

Hal ini cukup berdampak pada tingkat kesulitan baik pada penulisan ulang naskah kitab atau membaca detail. Tetapi, yang menjadi catatan bagi kitab Fadl adalah sang penulis tidak mensyaratkan keabsahan dan kesahihan hadis yang dia nukil.

Tak jarang, hadis-hadis lemah dia cantumkan atau kadang pula mengutip atsar yang diriwayatkan dari sahabat ataupun tabiin. Untuk menjaga amanat ilmiah, Ismail Ibnu Ishaq tetap menyertakan sanad hadis ataupun atsar yang dia kutip.

Namun demikian, satu hal yang menjadi kelebihan Fadl As-Shalat, kitab ini secara turun- menurun dibacakan atau diriwayatkan oleh para ulama bermazhab Hanbali terutama dari kalangan Maqdis. Kitab ini pertama kali disalin oleh Syekh Abd Al Hamid Al-Maqdisi dan diserahkan kepada Imam Muwaffiq Ad-Din Ibnu Qudamah.

Kitab ini, lantas oleh saudaranya Ibnu Qudamah, Abu Umar Muhammad bin Ahmad bin Quddamah Al-Maqdisi, dibacakan kepada Syekh Al-Khafidh Abd Al-Ghani bin Abd Alwahid Al-Maqdisi. Dasar kuat inilah yang melatarbelakangi kesimpulan bahwa kitab yang mengupas tentang seluk beluk bershalawat ini murni karya imam Isma’il bin Ishaq Al-Qadli.(kk/rol)