Dua Kisah untuk Yang Suka Pamer Amal di Medsos

Eramuslim.com – Zaman ini benar-benar gila. Kita sukar melakukan identifikasi terkait jati diri seseorang, kecuali setelah bertemu muka dan menjalani hidup bersamanya. Zaman ini membuat sebagian besar masyarakat mudah berbohong.

Dengan mudahnya mereka menampilkan keshalihan, memperbarui statusnya dari satu ibadah menuju ibadah lain, hingga tampilan shalih hanya dengan modal peci, baju koko warna putih, atau kerudung panjang, gamis terjuntai, dan pencitraan lainnya di media sosial.

Padahal, semua itu palsu.

Cobalah melihat kehidupan Imam Ibrahim an-Nakha’i al-Kufi. Seorang tabi’in yang wafat di usia 49 tahun pada 96 Hijriyah. Beliau terbiasa mengganti pakaiannya di malam hari dengan busana terbaik. Tak lupa, beliau juga menaburinya dengan wewangian termahal.

Lantas, beliau masuk ke dalam mihrabnya untuk beribadah. Amat lama. Hingga pagi hari. Setelah mentari pagi mulai muncul, beliau segera mengganti pakaian ibadahnya dengan busana lain, lalu berbaur dengan masyarakat selayaknya manusia biasa.