Mempraktekkan Islam, Brotherhood (4)

Anwar, saudara dan sahabat saya yang istimewa ini memang spesial. Sosok cerdas, terkesan malas, lucu, banyak bicara, bergabung dalam sosok Anwar. Ia tidak membawa laptop ketika ke Jerman karena memang berniat membeli laptop ketika sudah di Jerman. Tetapi kami baru tahu bahwa kecil kemungkinan kalau tidak mau dibilang tidak mungkin untuk menemukan laptop yang sistem operasinya dalam Bahasa Inggris. Ritah saja terpaksa membeli laptop dengan sistem operasi berbahasa Inggris di Groningen, kota kecil di Belanda, yang hanya sekitar 120 km sebelah barat Oldenburg. ketika kami sedang tur ke sana.

Ya, segala sistem operasi yang langsung tersedia di komputer di Jerman bisa dibilang semuanya berbahasa Jerman. Tetapi Anwar tidak punya pilihan lain, ia terpaksa membeli laptop yang mengajaknya untuk berbahasa Jerman. Anwar ini lucu, dia teman kuliah kami yang bisa dibilang paling kurang kemampuan bahasa Jermannya.

Bahkan ia sebenarnya tidak berminat ikut kursus bahasa ketika kami mengikutinya di pekan-pekan awal perkuliahan. Kalau dia ditanya guru bahasa Jerman kami, dan dia hanya mengangguk-ngangguk tanpa mengerti apa yang ditanya, bahkan malah bertanya pada sang guru, maka mana bisa kami ini, teman-teman lainnya tidak menahan senyum dan kadang terpaksa tertawa. Tetapi ia masih memiliki keinginan belajar bahasa Jerman, dan saya ikut menemaninya ketika suatu saat kami melihat-lihat kamus Jerman-Inggris di toko buku di universitas kami.

Maka jika saya bermain ke kamarnya, mulailah ia meminta saya untuk mengajarinya menggunakan berbagai fitur di komputernya yang dalam bahasa Jerman. Anwar sendiri mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak terlalu familiar dengan komputer. Ia jarang berinteraksi dengan komputer, terlebih ketika sudah bekerja. Untuk keperluan penting dan sederhana seperti mengetik ia mengerti, tetapi kalau mulai menghitung dan membuat presentasi ia jarang melakukannya. Maka saya ajari sebisanya saya dan hanya untuk keperluan-keperluan sederhana saja. Kalau saya ke tempat Anwar, biasanya saya dapati dia sedang sibuk mengutak-atik komputernya.

Suatu saat ketika di kelas kami ada seminar[1], saya dibuat kaget dan sekaligus takjub, dan saya rasa begitu pula dengan teman-teman kami yang lain. Bagaimana tidak takjub ketika dalam seminar itu saya merasa presentasi Anwar lah yang paling bagus di antara kami, bahkan di akhir slide presentasinya ia menyelipkan beberapa slide menarik berisi kata-kata mutiara yang berkaitan dengan senyuman. Semakin yakinlah saya bahwa saudara saya yang satu ini memang amat cerdas, tetapi memang banyak kebaikan tersembunyi di balik dirinya.

Anwar tidak pernah melewatkan makan siang atau makan malam ketika saya mampir ke rumahnya melainkan ia selalu mengajak saya untuk makan bersamanya. Ia menceritakan bahwa sebenarnya ia tidaklah biasa memasak. Ia pernah diajari masak oleh ibunya di Bangladesh, namun ketika dia sudah menikah, istrinya lah yang selalu memasak. Jadi ketika di Jerman dia belajar masak lagi. Terlebih Anwar ini tipe orang yang memilih makanan, maksudnya bila ia tidak cocok dengan suatu makanan, maka ia tidak bisa memaksa dirinya untuk menyantap makanan tersebut. Lagipula baginya mempersiapkan makanan sendiri lebih hemat ketimbang misalnya makan di kantin kampus.

Namun entah kenapa saudara-saudara yang pernah saya temui dari Asia Selatan bagi saya memang terlahir untuk pandai memasak. Begitupun Anwar, masakannya enak. Dia begitu tenangnya memasukkan bumbu dan campuran masakannya seolah mengikuti feeling-nya dalam menakar. Pernah suatu kali kami mencoba masakan baru, dan saya hanya menyiapkan bahan-bahan, dan Anwar yang meracik dan memasaknya, maka hasilnya langsung enak, bahkan sempurna bagi saya untuk ukuran sebuah masakan. Kadang ia berujar bahwa kalau ia nanti bertemu istrinya di Bangladesh maka ia bisa membanggakan dirinya bahwa dirinya sudah pandai memasak.

Suatu saat saya menemukan begitu banyak kotak handphone di kamarnya, dan saya tanyakan padanya untuk apa itu semua. Ia bilang bahwa HP di sini murah ketimbang di negaranya dan ia beranggapan buatan Jerman pastilah mantap. Ya, HP yang satu paket dengan simcard memang murah di Jerman, layaknya paket HP plus pulsa pra bayar, tetapi sengaja dirancang sedemikian agar orang tertarik membeli HP tersebut dan terus-menerus membeli pulsa dari sang operator penyedia simcard.

Jadi, secara resmi, simcard di HP sudah tertanam dan tidak bisa diganti. Tetapi Anwar mengatakan bahwa di negaranya banyak orang yang bisa membuka kunci simcard ini dan ongkosnya amat murah. Maka dibelinya lah HP-HP tersebut. Ketika saya tanyakan banyak betul yang dibeli, ia kemudian menjawab bahwa HP-HP itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk saudara-saudara dan kenalan-kenalannya sebagai hadiah bagi mereka kalau ia pulang ke Bangladesh.

Terakhir saya singgah ke tempat Anwar, saya menemukan kotak-kotak perlengkapan rumah tangga dan skuter untuk anak-anak. Bingung saya mendapatinya dan Anwar bukanlah orang yang suka belanja, maka saya tanyakan beli di mana. Dia hanya menjawab bahwa itu adalah hadiah dari bank yang berhak ia dapatkan karena ia menambah pelanggan bank. Ya, di Jerman ada reward bagi nasabah yang membawa nasabah baru bagi bank.

Jadi ceritanya, ketika para mahasiswa baru berdatangan ke Oldenburg, dan pada saat itu para mahasiswa angkatan sebelumnya kebanyakan berdomisili di luar Oldenburg untuk tesis, termasuk saya, maka hanya ada sedikit mahasiswa lama yang bisa menjadi pemandu mahasiswa-mahasiswa baru ini, dan salah satunya Anwar. Nah, ada beberapa mahasiswa baru ini juga tinggal di asrama tempat Anwar berada.

Maka suatu saat mahasiswa-mahasiswa ini meminta tolong pada Anwar untuk menemani mereka ke bank. Ya, maksud awalnya memang hanya menemani, menunjukkan di mana bank, Anwar sendiri juga hanya berniat demikian. Tetapi sesampai di bank, Anwar malah diminta untuk memilih beberapa hadiah yang berhak ia dapat karena bertambahnya nasabah bank tersebut. Anwar pun memilih dan tidak lama kemudian, hadiah-hadiah itu dikirim ke tempatnya. Ia begitu gembira menunjukkan skuter yang ia niatkan sebagai hadiah untuk anaknya, sambil berkata, “Kahfi, it has good quality.” Saya yang ikut memeriksa skuter ini mengangguk karena memang itulah adanya. Ya, memang terlalu banyak kebaikan tersembunyi di balik dirimu, my brother.

Catatan :

[1] Di Jerman, seminar berarti sang mahasiswa yang memberikan seminar atau presentasi