What Is Islam? (2)

Craig ini orang yang punya rasa ingin tahu dan kadang penasaran, kalau kami bertemu biasanya kami melanjutkan diskusi kami mengenai Islam. Menurut saya itu agaknya karena dia masih ada darah timur, jadi sedikit banyak mengenal apa itu Tuhan. Ya, nama lengkapnya Craig Wong, ia masih ada darah Cina.

Dan pernah ia menceritakan petualangannya selama liburan ke Cina, di mana sempat pula masa petualangannya itu ia pergunakan untuk mengakrabkan diri dengan anak-anak kecil dengan mengajarkan mereka Bahasa Inggris. Walau ia sendiri lahir di Amerika, dan mungkin karena budaya Amerika yang begitu mapan kebebasan berpikirnya, maka itulah yang kemudian mewarnai sikap dan perilakunya.

Saya sendiri tidak mengabaikan kebebasan berpikir. Bagi saya kebebasan berpikir itu penting, bahkan amat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Namun hendaknya kebebasan berpikir itu berangkat dari ketauhidan. Saya hanya mengulang pemikiran Natsir ketika Natsir menjabarkan beberapa tradisi ilmu. Di antaranya Natsir mengatakan bahwa tradisi ilmu itu nomor satu adalah tauhid, dan berikutnya adalah kebebasan berpikir.

Ketika diskusi kami ini berjalan, sesekali saya melihat ke Jutta. Jutta ini seorang gadis yang pendiam tetapi bagi saya ia adalah seorang pemikir. Dari wajahnya terlihat ia mengikuti diskusi kami tetapi seolah ia tidak punya respon apa-apa selain diam itulah bentuk responnya. Jadi diamnya itu adalah berpikir. Dia bukanlah peserta kuliah kami di Oldenburg. Ia hanya sedang menyelesaikan Diplomarbeit di Oldenburg karena ikut tim penelitian Dr. Heinemann, pengajar kuliah energy meteorology kami. Seingat saya ia berasal dari Nordhausen, kota di tengah Jerman, agak berdekatan dengan Kassel.

Ia adalah orang yang cerdas. Gambaran itu saya dapatkan ketika kami mengobrol mengenai topik tesis kami masing-masing. Waktu itu saya belum memulai tesis, tetapi sudah punya rencana kemana saya akan melakukan tesis. Ia mengerjakan Diplomarbeit mengenai radiasi matahari, berusaha mencari metoda yang tepat di antara sekian metoda untuk menemukan persetujuan antara prediksi meteorologi dengan kenyataan pengukuran di lapangan. Ia jabarkan alasan kenapa topikinya ini dibutuhkan, dari situlah saya melihatnya tidak lain sebagai seorang yang cerdas dan berminat pada ilmu pengetahuan.

Jutta adalah gadis Jerman yang unik. I unik karena ia tidak seperti gadis Jerman kebanyakan. Ia tidak pergi ke diskotek, ia tidak merokok, ia tidak minum minuman beralkohol, amat memperhatikan kebaikan kandungan dalam makanan. Ia memang seorang vegetarian, tetapi yang membuat saya heran, bahwa ia tidak hanya seorang vegetarian, tetapi amat hati-hati dalam hal makanan.

Saya masih ingat ketika kami di dalam bus, saya duduk di belakangnya. Ia mengobrol dengan teman kuliah kami dari Kolombia dan Brazil, Giovani, dan Leila. Giovani ini heran karena Jutta ini tidak mimum bir dan makan daging kalau kami mampir di tempat makan. Maka Jutta hanya menjawab bahwa minuman dan makanan itu tidak baik bagi tubuh. Ia bilang daging babi itu tidak sehat. Ia memang vegetarian tetapi bukan itu alasan yang dia utarakan ketika menjawab pertanyaan Giovani, melainkan semata karena benda-benda tersebut tidak baik untuk tubuh.

Bahkan betapa rincinya ia menjelaskan bahwa gula yang baik adalah gula yang tidak dimurnikan, kemudian jenis makanan lainnya yang ia jelaskan mana yang baik dan mana yang tidak. Saya yang tidak punya pilihan lain selain mendengar obrolan mereka tentu kagum dengan Jutta ini, dia ini mahasiswa teknik atau ahli makanan? (Bersambung)