Kisah Imam Junaid dan Pengemis, Pelajaran Bagi yang Suka Ghibah

Ulama yang juga biasa disapa Abul Qasim ini hanya bisa bergadang sambil duduk hingga rasa kantuk menaklukannya. Dalam gelisah, Imam Junaid pun terlelap.

Tiba-tiba saja orang fakir yang beliau jumpai di Masjid asy-Syuniziyyah itu hadir dalam mimpinya. Anehnya, si pengemis digotong para penduduk Bagdad lalu menaruhnya di atas meja makan yang panjang.

Orang-orang berkata kepada Imam Junaid: “Makanlah daging orang fakir ini. Sungguh kau telah mengumpatnya.”

Imam Junaid terperangah. Beliau merasa tidak pernah mengumpat pengemis itu. Sampai akhirnya Beliau sadar bahwa ia pernah menggunjingnya dalam hati soal etos kerja.

Dalam mimpi itu Imam Junaid didesak untuk meminta maafatas perbuatannya tersebut. Sejak saat itu Imam Junaid berusaha keras mencari si fakir ke semua penjuru.

Berulang kali beliau gagal menjumpainya. Hingga suatu ketika Imam Junaid melihatnya sedang memunguti dedaunan di atas sungai untuk dimakan. Dedaunan itu adalah sisa sayuran yang jatuh saat dicuci.Segera Imam Junaid menyapanya dan tanpa disangka keluar ungkapan balasan.

“Apakah kau akan mengulanginya lagi wahai Abul Qasim?””Tidak.”

“Semoga Allah mengampuni diriku dan dirimu.”

Imam Junaid beruntung. Peringatan untuk kesalahan “kecilnya” datang lewat mimpi sehingga bisa berbenah diri.

Lantas, bagaimana dengan orang-orang yang gemar mengumpat,mencela orang lain, bukan saja dalam hati, tapi juga terang-terangan lewat lisan dan tulisan? Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan tercela seperti ghibah, namimah dan lainnya.

Sumber:
Kitab Raudhatur-Rayahin karya Abdul As’ad Al-Yafi’iAl-Yamani

Wallahu A’lam [Rusman H Siregar/sindonews]