Ngerinya Jika Kematian Datang, Saat Dosa Menggunung

“Bawa ke sini budak perempuan yang bisa bernyanyi,” titah Hajjaj lagi. Sa’id menangis. “Apakah lagunya enak?” Hajjaj bertanya.

“Demi Allah, bukan! Aku menangis lantaran ada budak yang diperkerjakan untuk sesuatu yang bukan untuk ia diciptakan, dan lantaran kayu yang dijadikan alat musik untuk digunakan bermaksiat kepada Allah!”

“Alihkan dia dari arah kiblat!” ujar Hajjaj.

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ

Sa’id menyahut dengan membacakan firman-Nya, “Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.” (QS. al-Baqarah [2] : 115)

“Banting dia ke tanah,” perintah Hajjaj.

مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

Tapi, Sa’id menjawab, “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (QS. Thaha [20] : 55)

“Demi Allah, saya akan membunuh kamu dengan cara yang tidak pernah digunakan orang,” ancam Hajjaj.

“Hajjaj, engkau boleh pilih cara sesukamu. Demi Allah, cara apapun yang engkau pilih membunuhku, niscaya Allah jua akan membunuhmu dengan seperti itu!” ujar Sa’id.