Aku Hanya Ingin Berbuat Baik

Kejadian ini sudah tergolong lama namun masih membekas di benak saya. Sebuah kejadian yang membuat saya untuk berubah menjadi lebih baik. Malam itu tepatnya senin malam selasa seperti biasa ust. Jefri memberikan kajian nya di Masjid Pondok Indah dengan pengajian nya yang diberi nama I Like Monday.

Pulang kerja entah mengapa saya ingin menuju masjid yang diberi julukan Masjid Biru oleh masyarakat setempat. Magrib suasana masih belum banyak jamaah nya hingga pada akhirnya menjelang isya satu persatu banyak yang berduyun-duyun menuju masjid tersebut. Topik yang dibahas memang masih seputar pernikahan dan juga hak waris, bagi saya tidak masalah karena saya datang ke masjid ini untuk mencari ilmu.

Hingga tanpa terasa waktu telah menunjukan pukul 20.15 yang akhirnya saya memutuskan untuk pulang sebelum materi selesai. Saya berpikir untuk pulang jalan kaki karena jarak tempuh lumayan dekat dari masjid Biru menuju rumah jika melewati komplek perumahan Pondok Indah tepatnya masih satu Kelurahan dengan saya. Kaki ini terus melangkah hingga tepat di 2 jalan menuju perumahan, saat itu saya mengambil jalan pertama karena saya yakin jalan tersebut lebih dekat jaraknya.

Lama saya menyusuri jalan di komplek perumahan itu hingga pada akhirnya saya merasa ada yang aneh dengan jalan yang saya lalui. Entah mengapa jalan ini terasa asing, semakin jauh saya melangkah semakin tidak ada titik terang untuk menuju jalan ke rumah. Gelap, hanya mobil-mobil pribadi yang lalu lalang di sana. Saya pun menoleh ke belakang ternyata sudah terlalu jauh dari pertama kali saya masuk jalan pertama hingga pada akhirnya saya bertemu dengan seorang pemulung dengan karung yang tecangklok di punggungnya yang sedang mencari botol-botol aqua dan sejenisnya. Saya pun mendekatinya dan subhanallah beliau seorang ibu-ibu.

"bu maaf, ,, kalau mau ke gang masjid Jami’ (masjid yang besar di Pondok Pinang dan tepat di jalan raya )lewat mana ya, ,, ?"

" wah, ,, , neng, ,, , ini sudah terlalu jauh, ,, neng salah jalan, ,, , harusnya jalan yang satunya. yang menuju SMEA" lemas tubuh ini mendengar penuturan sang ibu. Aku tersesat.
"tapi bu, , lewat sini bisa kan, ,, , kalau lurus ke mana bu. jalan raya bukan?" saya pun kembali bertanya

"bisa neng, ,, dari sini neng lurus nanti setelah ada pos satpam neng belok ke kanan. tapi jauh, ,, lebih baik neng naik mobil saja" dalam pikiran saya mau naik mobil bagaimana ini kan kawasan komplek. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti arah yang telah di tunjukan oleh si ibu.
" ya sudah, ,, makasih ya bu, ,, " saya pun pamit
"sama-sama, hati-hati ya neng, ,, ," jawab si ibu dari kejauhan.

Saya pun terus berjalan serta terus berdzikir dan berharap bisa kembali dan menemukan jalan raya. Namun ada yang aneh, saya merasa ada seseorang yang membututi saya dari kejauhan. Ketika saya menoleh ke belakang, si ibu ada di sana. Karena saat itu perasaan campur aduk akhirnya saya mempercepat langkah dan sedikit berlari. Sesekali saya menoleh ke belakang dan si ibu masih membuntuti saya.

Dan untuk yang ketiga kalinya saya menoleh si ibu sudah tidak ada lagi. Lega rasanya dan alhamdulillah saya pun menemukan jalan raya.

Selama berada di jalan komplek yang gelap itu tak henti saya menangis dan menyebut namaNya. Wajah mama dan orang-orang yang saya sayang terbayang dalam benak ini. Berharap bisa kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah langsung saya memeluk mama tercinta dan mohon maaf padanya.

Di dalam kamar tak lupa saya sujud syukur sambil menangis dan saya baru tersadar bahwa apa yang dilakukan si ibu bukanlah sesuatu yang jahat. Beliau tidak bermaksud untuk melukai saya, beliau hanya ingin memastikan bahwa saya baik-baik saja. Dengan caranya membututi saya dari arah kejauhan. Betapa bodohnya saya telah ber suudzon terhadap beliau. Beliau hanya ingin berbuat baik. Tak lupa doa tulus untuk beliau dan keluarga.

Terkadang kita berpikir bahwa diri ini merasa benar, namun ternyata masih ada yang lebih benar lagi. Terkadang kita tidak mengetahui kebaikan apa yang orang lain lakukan terhadap kita. Tak jarang saya pun pernah berpikir su udzon atas apa yang orang lain lakukan terhadap saya. Namun ternyata di balik itu semua mereka hanya ingin berbuat baik. Sejak peristiwa itu saya berusaha untuk memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain dan bukan dari sudut pandang diri saya sendiri.

* teriring doa tulus ku untuk mu ibu….. semoga engkau selalu dalam lindungan Nya dan barokah selalu.amin.