Duuh, Saddam!

Sebuah akhir yang menyedihkan. Itulah gambaran bagi akhir kisah hidup Saddam Husein. Saya hanya mengelus dada ketika mendengar kabar tentang digantungnya Saddam, apalagi ketika ditayangkan, dipertontonkan lewat video dan kini bisa diakses siapapun melalui internet. Fenomena apa ini sesungguhnya..?

Kalau memang harus mati, kenapa mesti dipertontonkan, saya kira hal ini jelas mengisyaratkan bahwa orang-orang di balik kematiannya seolah ingin mengatakan dan memberikan pesan kepada publik diseluruh dunia “ Saddam bersalah dan hukuman setimpal adalah kematian”.

Semula saya menduga, pastiberedarnya tayangan video digantungnya Saddam ini akan mendapatkan reaksi publik. Yang ada dalam benak saya waktu itu, analisis tertuju pada serangan balik atas orang-orang yang terlibat dalam “pembunuhan” Saddam.

Artinya, video itu akan memberikan spirit bagi siapapun yang terusik hatinya, merasa bahwa hukuman atas Saddam Husein itu tak masuk akal, tidak adil, tidak rasional dan penuh rekayasa, sehingga akan mendorong para militan untuk melakukan serangan balik atasnya. Di sini, para petinggi Amerika Serikat, kini Bush Junior dan antek anteknya menjadi target sasaran serangan balik itu. Nyawa mereka diambang kematian.

Tapi ternyata, dugaan saya meleset. Ada berita mengejutkan setelah saya membaca sebuah koran lokal terbesar di Jawa Tengah. Seorang gadis India berusia 16 tahun yang akrab disapa Moon Moon nekad gantung diri hanya untuk bisa mengetahui apa yang dirasakan Saddam. Dalam berita itu disebutkan, setelah melihat tayangan hukuman mati Saddam, si gadis tidak mau makan apa-apa sebagai protes atas eksekusi tersebut, dia merasa terpukul setelah menyaksikan eksekusi kematian Saddam di televisi.

Kemudian, oleh keluarganya, Moon Moon ditemukan mati karena mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kipas angin yang dipasang dilangit-langit kamar. Sebagai pemerhati media, saya prihatin sekali mendengar kabar itu kalau memang benar terjadi dan berita itu tidak bohong.

Duhhh, Saddam! Fenomena apa lagi ini.

Sebenarnya, kalau mau cermati dan maknai lebih dalam. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut.

Pertama, kematian Saddam jelas penuh rekayasa, tidak adil. Dan, saya yakin, ketidakadilan ini akan memicu serangan balik. Sangat mungkin, orang-orang yang terlibat atas “pembunuhan” Sadddam, kelak akan menuai nasib yang bisa jadi lebih tragis dari Saddam.

Inilah teori tanam tuai. Siapa menebar ketidakadilan, kelak hidupnya pasti tak akan mujur, setidaknya kegelisahan akan selalu menyelimutinya. Dalam kasus Saddam, nyawa para “pembunuh” Saddam akan terus mendapat rongrongan, ini sebagai imbalan atas ketidakadilan itu, apalagi sengaja menyebarkan kematian lewat video yang kemudian ditayangkan ditelevisi dan mudah diakses di internet.

Kedua, terkait dengan efek media. Anak-anak sangat rawan tanpa pendampingan ketika melihat tayangan kekerasan media. Di sini, sebagai orang tua, sesibuk apapun mereka, tetap mempunyai kewajiban untuk mendidik anak, mengarahkan mereka, mengajak bicara dan berdiskusi atas berbagai perasaan dan emosi yang dirasakan anaknya.

Harapannya, anak bisa lebih kritis dan lebih dewasa dalam berpikir dan bisa rasional ketika melakukan tindakan atas dirinya. Orang tua bisa belajar dari kasus Moon Moon itu. Setidaknya, menyadari sejak awal bahwa pendampingan kepada anak itu perlu, perlu sekali.

Ketiga, ini yang terpenting, rahasia tentang kematian. Saddam Husein mati digantung. Ada yang menganggapnya seorang hero, seorang patriot. Ada juga yang menganggapnya sebagai sosok pecundang dan mengatakan bahwa Saddam layak mendapatkan ganjaran itu karena selama hidupnya menjadi tiran dan menyengsarakan banyak orang. Penilain terhadap Saddam sangat beragam.

Tapi, yang menjadi pertanyaan, apakah kita sudah membayangkan bagaimana sejarah kematian kita kelak? Tragis, ataukah seperti apa. Kematian pasti datang, dan kita tak tahu kapan malaikat mencabut nyawa kita. Ini perlu kita renungkan.

Karena kita tak tahu kapan kematian menjemput, yang bisa kita lakukan saat ini adalah, Berbuat baiklah sebisa mungkin untuk sesama. Berlaku adil itu sangat perlu. Agar orang mengenang kita dengan sejarah yang manis, syukur-syukur orang terinspirasi dengan tindakan kita selama menjalani hidup.

Siapa menuai kebaikan, akan membuahkan hasil yang manis, kenangan yang indah. Siapa menebar keburukan dan kedholiman, tunggu saja akibatnya. Inilah benang merah kehidupan. Jangan salah memilih tindakan, karena sesal pasti terasakan belakangan.

Purwokerto, awal Januari 2006 http://penakayu.blogspot.com