Mengembalikan Kemenangan Ramadhan yang Hakiki

Ramadhan yang berbuah amal mulia, tinggal kenangan. Sebulan penuh menahan diri dari nafsu serta berserah diri untuk mendapatkan keridhoan Ilahi. Berjuta doa, berjuta harapan untuk mendapatkan malam seribu bulan (lailatul qodar). Tak ayal usai keberkahan dijadikan acara ritual yang kita namakan idul fitri atau lebaran. Bulan syawal melepaskan manusia untuk menjadikan manusia kembali bersih (suci). Berjuta maaf dan peduli terjadi. Namun seberapa besar hari kemenangan tersebut menjadi nilai kesucian?

Terkadang lebaran hanya dijadikan acara seremoni keagamaan. Dengan bertajuk kemenangan fitri banyak di antara kita, berhasil berlomba meraup nikmat dunia sepanjang bulan Ramadhan. Dari sekedar mencari belas kasih (pengemis) memadati trotoar jalan hingga sang penabur mimpi atau pengusaha mengadu tender untuk mendapatkan keuntungan.

Dengan berbagai upaya semarak fitri tidak lagi menjadikan manusia menjadi suci tapi berupaya mengadu nasib agar di hari raya mendapatkan keberkahan amal dunia bukan amal mulia (fitrah). Diakhir Ramadhan harta, kendararan baru bahkan uang berlimpah sudah menjadi hal biasa. Istilah kata gengsi menjadi hangat. Ketika berlebaran bukan lagi bermaaf-maafan kepada sanak saudara tapi menanamkan rasa gengsi atau pamer.

Bagi penduduk musiman yang selalu mewarnai Ramadhan dikota besar Jakarta. Mereka satu minggu jelang lebaran dengan baju lusuh, gerobak usang, mereka relakan menggendong anaknya untuk berharap belas kasih. Pemerintahpun sebenarnya sudah menegaskan untuk menertibkan mereka. Bahkan peraturanpun sudah bergulir. Namun lagi-lagi para pengemis tidak menggubris bahkan tak segan untuk bermaian kucing-kucingan. Pikirnya ini kesempatan berharga untuk mendapatkan uang lebih dari bulan-bulan sebelumnya.

Rasa sayang meninggalkan Ramadhan, tidak terlihat bahagia, jika memang terjadi seperti ini di sekitar kita. Tak ada lagi tangis, tak ada lagi sedih meninggalkan Ramadhan yang ada seakan terbebas dari belenggu untuk menahan nafsu (berpuasa). Usai Ramadhan seakan-akan bebas untuk berbuat kembali kemungkaran. Maka yang terjadi idul fitri adalah bebas dari segalanya.

Semoga Ramadhan di tahun ini menjadi keberkahan dan kenikmatan sendiri bagi yang ikhlas menjalankan. Tak ada noda ritual keagamaan dan berharap mencari keuntungan.

Taqabalallahu Minna Wa minku., Mohon maaf lahir bathin. Semoga Idul Fitri 1428 mengembalikan menghantarkan kita kembali suci.