Pelajaran Berharga Sebelum Sholat

Sudah kewajiban seorang muslim berwudhu (bersuci) sebelum sholat. Sudah pasti tidak sah seseorang yang sholat tanpa berwudhu. Nah, suatu hari saya dan seorang sahabat hendak sholat berjamaah, kemudian saya bertanya pada diri sendiri dengan suara pelan, "Eh, sepertinya saya masih punya wudhu dan belum batal. Nggak usah wudhu ah."

Mendengar suara saya tersebut, sahabat di sebalah saya berujar datar, "Wudhu lagi, biar yakin."

Saya berkeras, "Saya yakin kok belum batal. Saya tidak menyentuh wanita, juga tidak buang angin."

Sahabat saya menimpali, "Yakin? Yakin tidak bicara kasar sejak setelah sholat siang tadi? Yakin tidak berpikir negatif sejak beberapa jam tadi? Yakin tidak mendengar gunjingan?.."

Wah, terkejut saya mendengar ucapannya. Sungguh saya tidak berpikir sedalam itu. Sahabat saya hanya bicara datar, tanpa penekanan, tanpa tanda seru, tanpa mata terbelak, tetapi sungguh sangat dalam maknanya.

Bagaimana mungkin saya melupakan hakikat bersuci sebelum sholat, seperti yang diutarakan sahabat tersebut? Bagaimana bisa sedangkal itu pemahaman saya tentang bersuci? Yang batal hanya karena tersentuh atau menyentuh lawan jenis, atau tidak sah wudhu setelah ‘buang angin’?

Bersuci hakikatnya ada pada jiwa, bukan semata fisik. Sebab jika hanya persoalan fisik, seseorang yang tidak keluar rumah, tidak berinteraksi dengan orang lain, yang tidak beranjak ke mana-mana setelah mandi pagi, tentu tidak kotor tubuhnya. Tetapi berwudhu tetap wajib untuknya, karena memang setiap basuhan dimaknakan pada kebersihan jiwa.

Setiap bagian tubuh yang dibasuh dalam rukun berwudhu, hendaknya dimaknakan pada kebersihan hati, pikiran, kekotoran mata, telinga, tangan dan kaki bukan pada fisiknya, melainkan pada jiwa yang menjalari semua aktivitas kehidupan seseorang.

Akhirnya, berwudhu lah saya. Sekaligus membersihkan pikiran yang dangkal ini… terima kasih sahabat…

Gaw

[email protected]