Pemenang Sayembara Amal

Ramadhan usai, puasa pun selesai. Kehadirannya selama sebulan penuh sebagai tamu agung benar-benar meninggalkan kesan yang begitu indah. Kini ia telah kembali menghadap TuhanNya dengan membawa segudang amal anak Adam. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Allah swt, sebagai saksi atas segala amal ibadah yang telah kita kerjakan selama bulan puasa.

Bagi kita, perpisahan ini menorehkan dua perasaan sekaligus; rasa sedih dan juga rasa gembira. Siapa tak sedih melepas kesempatan yang ada. Kehadirannya kemarin merupakan peluang emas untuk beribadah. Bagaimana tidak, satu kali ibadah itu sama nilainya dengan spuluh kali ibadah yang serupa. Bahkan pada satu malam yang disebut lailatul qadar, Allah melipatgandakan amalan hambanya saat itu seperti seribu kali dari biasanya. Oleh karena itulah para Salafuna as Shalih benar-benar merasa kehilangan saat bulan ramadhan beranjak pergi. Sehingga mereka berharap mungkinkah kiranya sepanjang tahun, hari-harinya seperti di bulan puasa.

Di samping kesedihan itu, pada saat yang sama kita juga merasakan kegembiraan yang tiada taranya. Satu Syawal adalah hari suka-cita yang dapat dirasakan oleh setiap umat muslim seluruh dunia. Kebahagian itu terlihat saat kita berkumpul dengan sanak saudara untuk merayakan idul fitri bersama. Berlinang air mata tertumpah menitis jatuh ke bawah beriringan dengan rasa bahagia mengikutinya.

Dan kebahagian yang sebenarnya adalah pada hari ini setiap muslim yang telah berpuasa memperoleh anugerah takwa dari Allah swt. Bagi mereka yang benar-benar menjalankan amal ibadahnya di bulan puasa lalu, baik puasanya, shalat malamnya, shadaqahnya dan seluruh bentuk amal lainnya, Allah menghadiahkan piala takwa itu. Inilah makna satu dari dua kebahagian yang dijanjikan Allah kepadanya; saat berbuka (lebaran) dan saat bertemu dengan Allah swt kelak.

Bukankah sebulan yang lalu merupakan waktu sayembara itu dilaksanakan. Layaknya perlombaan yang lain, perlombaan amal ini diselenggarakan dalam tiga fase; penyisihan, semifinal dan final. Ketiga fase ini dijumpai pada sepertiga pertama yaitu rahmat, sepertiga kedua yaitu maghfirah dan sepertiga terakhir itqa’ min an nar. Bagi siapa yang lulus melawati ketiga fase ini maka dialah yang berhak mendapat gelar Muttaqin seperti yang dijanjikan dalam al-Quran.

Kemudian setelah kemenangan itu diperoleh dan anugerah takwa diterima maka hendaknya tetap konsisten pada amal-amal yang telah diperbuatnya. Beginilah karakteristik dari seorang pemenang sejati. Tentunya, di mana-mana yang namanya pemenang tidak ingin reputasinya jatuh. Malahan kalau bisa naik dan terus naik. Oleh karena itu konsistensi predikat harus tetap dijaga dan terus ditingkatkan.

Ke luar dari bulan ramadhan, bukan malah menurun grafik amalnya. Kalau di bulan ramadhan rajin baca qurannya, terjaga shalatnya, dan ringan tangannya kepada orang-orang yang membutuhkan maka di luar ramadhan juga harus seperti itu. Ini menunjukkan bahwa dirinya adalah pemenang. Dan inilah barometer yang bisa dijadikan tolak ukur apakah kita termasuk kategori pemenang tersebut.

Semoga ucapan selamat sekaligus doa yang sering kita lantunkan minal ‘aidin wal faizin di kala lebaran tiba menjadi kenyataan. Semoga kita temasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Dan semoga Allah menerima amalan-amlan di bulan puasa yang lalu.