Sedekahnya Nyaris Tak Terlihat

Sore itu hampir sama dengan sore-sore sebelumnya, saya pulang dari kantor dengan jalur Mampang – Pasar Minggu – Depok. Keluar dari satu kemacetan, kembali saya membaur bersama pengendara kendaraan lain dalam kemacetan di titik berikutnya. Untuk mempercepat, seperti biasa saya mengambil lajur paling kiri, di mana ada sedikit ruang untuk satu motor bisa bergerak yang memungkinkan bagi pengendara motor bisa sedikit leluasa dibanding pengendara mobil.

Beberapa ratus meter sebelum saya berbelok ke kiri, saya melihat seorang bapak berdiri di pinggir, mungkin mau menyeberang, begitu pikir saya. Ternyata saya salah kira. Sesaat setelah motor dihadapan saya melewati bapak itu dan tak ada penghalang antara saya dengan beliau, tiba-tiba salah satu kakinya bergerak ke depan, dan dengan kakinya itu beliau menyingkirkan sebuah batu sebesar kepalan tangan dari jalan.

—-

Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah bersabda: Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan shodaqohnya setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah shodaqoh, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkatkan barang ke atas kendaraannya adalah shodaqoh, kata-kata yang baik adalah shodaqoh, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan sholat adalah shodaqoh, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah shodaqoh. (HR Bukhari dan Muslim)

“Senyum anda kepada saudara anda adalah shadakah, dan perintah kepada yang ma’ruf serta larangan dari yang mungkar itu shadakah, petunjukmu pada seorang asing yang tersesat itu sedekah, engkau menuntun orang yang sulit melihat itu shadakah, menyingkirkan batu dan duri dari jalan itu adalah sadakah, dan engkau membantu mengambilkan air untuk sahdaramu itu adalah sedekah. ” (Hadits riwayat Turmudzi )

—-

Dengan perbuatannya itu, tanpa disadari oleh banyak orang yang melewati jalan tersebut, sang bapak telah menyelamatkan atau setidaknya memberikan kenyamanan kepada para pengguna jalan, khususnya para pengendara kendaraan, lebih khusus lagi para pengendara motor.

Menyelamatkan para pengguna jalan, karena dengan tidak adanya batu di lajur tersebut, tak ada roda motor yang melindas batu tersebut. Bila saja ada roda motor yang melindas batu tersebut, kemudian pengendaranya tak bisa menjaga keseimbangan, tak ayal lagi kecelakaan akan terjadi. Seperti pengalaman saya beberapa tahun yang lalu ketika pulang kuliah di malam hari. Dengan kecepatan yang cukup tinggi saya memacu motor saya. Tiba-tiba roda depan motor saya menghantam sesuatu, akibatnya motor saya berhenti mendadak. Untunglah di belakang saya tidak ada kendaraan lain. Bila saja ada, entah apa yang akan terjadi. Wallahu a’lam.

Menyamankan pengendara motor, karena tanpa adanya batu tersebut, pengendara motor tak perlu berpindah lajur atau mengurangi kecepatan dan memilih bagian jalan lain agar tidak melindas batu tersebut.

Terima kasih, Pak, atas sedekah Bapak sore itu. Semoga Allah membalas amal yang telah Bapak lakukan. Amin.