Takut Menyesal Dalam Mengambil Keputusan

Assalamualaikum mam Fifi yang insyaallah di rahmati Allah, saya seorang siswi di sebuah MAN yang baru menduduki kursi kelas X. Saya adalah seorang yang takut dalam mengambil keputusan, maka dari itu saya serahkan itu pada umi saya, namun terkadang saya merasa tertekan padahal memang saya yang menghendaki umi saya untuk memutuskan hal-hal besar dalam hidup saya. Jadi apa yg harus saya lakukan mam? Apa saya harus mengikuti kemauan umi saya yg terkadang membuat saya tertekan atau mengambil keputusan sendiri yang terkadang pula berakhir dengan penyesalan?

Wassalam,

Emha Lia Amalia

Jawab:

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Adik Emha yang baik, tentu saja saya bilang baik, karena kamu masih muda sudah rajin membaca media Islam seperti eramuslim ini, dan juga kamu anak yang baik karena berusaha mendahulukan kepentingan ibumu, dan mendahulukan untuk taat pada orangtua.

Memang bila memiliki orangtua yang superior yang mampu mengerjakan apa saja untuk anaknya, maka sang anak akan ragu-ragu untuk membuat keputusan sendiri. Jika mencoba untuk membuat keputusan sendiripun dan kemudian dilaksanakan tetapi kemudian hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka sang anak akan putus asa karena merasa salah dan gagal.

Sebetulnya kegagalan atau hasil yang tidak sesuai itu bukan semata-mata karena keputusan yang salah, tetapi lebih kepada karena kamu mengerjakan apa yang telah diputuskan dengan tidak percaya diri dan dalam hati nurani yang baik itu, kamu merasa tidak mendapatkan restu dari ibumu. Sehingga ketika melangkah kamu seperti kehilangan kekuatan dan akhirnya jadi seperti “tidak berhasil” atau seperti salah mengambil mengambil keputusan sendiri.

Emha yang baik, hal ini bukan berarti kamu tidak boleh meminta saran kepada ibumu atau membuatmu tidak menuruti orang tua, namun menurut pendapat saya, akan lebih baik diusiamu saat ini untuk belajar mengambil keputusan sendiri yang kemudian dipertanggungjawabkan sendiri. Maksudnya adalah belajar mengambil keputusan dan menanggung resikonya, dengan begitu maka sang anak akan belajar menjadi dewasa. Bila ternyata keputusan yang diambil salah, maka anak bisa belajar dari kesalahan sehingga ke depan tidak melakukan kesalahan yang sama tetapi bukan berarti menjadi takut untuk mengambil keputusan sendiri.

Kamu bisa melakukan keputusan yang kamu sukai, asalkan mampu menjelaskan pada orangtuamu kenapa kamu ingin melakukan hal tersebut. Setelah itu kamu lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, sepanjang yang kamu lakukan bukan merupakan sesuatu yang maksiat, dan kamu dapat mempertanggung jawabkannya.

Diluar negeri anak seusiamu (kelas X, berarti umur : 15-16 tahun), mereka sudah boleh mendapat SIM yang artinya boleh menyetir mobil dan juga sudah diperbolehkan bekerja. Selain itu mereka pun diberi kewenangan untuk mengambil keputusan sendiri untuk tetap tinggal dengan orangtua ataupun tinggal sendiri.

Bahkan dalam Islam, anak usia baligh, sudah dihitung amal baik buruknya dan sudah wajib melakukan sholat serta ibadah wajib lainnya, yang mana hal tersebut juga merupakan kewajiban yang dilakukan orangtua. Namun budaya di Indonesialah yang seringkali karena terlalu dekat dan menjunjung kekeluargaan, sehingga anak usia 20 tahun pun seringkali dianggap masih anak-anak dan tidak boleh ini itu oleh orangtuanya. Hal tersebut terkadang membuat anak menjadi kurang percaya diri dan mempunyai sikap yang tidak dewasa karena orang tua tidak memberi kepercayaan dan melatih tanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Saran saya, mulailah berani membuat keputusan dan berani mempertanggungjawabkannya dengan tegar, bila salah tidak apa apa, toh manusia tidak selamanya salah. Orang dewasa juga suka salah kok dalam megambil keputusan, yang penting dalam mengambil keputusan itu, kamu jangan melanggar syariah Allah, itu saja, setelah itu buatlah dengan penuh keyakinan, bila kamu salah sekalipun, kamu sudah harus puas, apapun hasilnya, itu adalah hasil karyamu.

Baik bila orangtua mengarahkan dan membimbing dan memberi kepercayaan pada anaknya, sebab kalau kita para orangtua menyelesaikan semua masalah anak-anak kita, selain kurang mendidik, wahh…penat juga yaaa. Wallohu’alam. Semonga setalah membaca uraian ini, kamu menjadi lebih percaya diri.

Wassalam.