“Sarah, sarah,bangun !!! cepat cuci muka guru lesmu sudah datang,” begitu kata abang Sarah, Ali ketika membangunkan sarah dari tidur sorenya setelah seharian Sarah belajar di sebuah SDIT di Jakarta dengan program ekskulnya yang sangat padat. Terhenyak Sarah bangun dari tidurnya dan melompat dari tempat tidur sambil berlari sekencangnya ke kamar mandi, dan ketika Sarah keluar, Ali abangnya, mendekap perutnya sambil tertawa terbahak-bahak…” Hua ha ha ha…Sarah… Sarah mudah betul kamu ketipu…guru lesmu tak datang yang datang itu tukang sampah haha ha ha ha…”
“Abaaanggg…arah benci dengan abang !!! Umiii…abang nakal miiii ihhhhh…” Demikian jerit tangis Sarah ketika diganggu abangnya. Gurauan seperti ini mungkin sangat banyak disekitar kita, membuat orang kesal, dan kemudian mentertawakan dan merasa senang bila “korbannya” berhasil dipermainkan. Kalau kita bertanya kepada sang pelaku, maka jawabnya simpel saja yaitu : “iseng.”
Ada lagi sebuah kisah nyata dari sebuah pabrik di Taiwan, suatu hari dikarenakan pekerjaan pabrik yang mengejar stock barang menjelang Bulan Desember yaitu hari Natal dan Tahun Baru yang berdekatan juga dengan hari raya Imlek, menyebabkan overloadnya pekerjaan disuatu pabrik kaus kaki, di Taiwan. Semua buruh bekerja hampir 1,5 shift dan ini membuat kejenuhan dan kelelahan yang luar biasa diantara mereka, sampai tiba-tiba pekerjaan mereka terhenti ketika terdengar suara teriakan minta tolong dari bagian pengepakan disusul suara gemuruh kardus-kardus besar berjatuhan. Serentak segenap buruh berlari dan memberikan pertolongan, namun ternyata orang yang meminta tolong, malah berdiri diatas sebuah meja dan tertawa terbahak-bahak melihat banyak orang tertipu dengan gurauannya, namun tawanya terhenti, ketika melihat kawan-kawannya sesama buruh ternyata berlari kearahnya dan serentak buruh yang asyik tertawa tadi dipukuli beramai-ramai oleh kawan-kawannya yang sangat kesal karena merasa dipermainkan ditengah kejenuhan dan kelelahan bekerja, hingga hampir tewas bila polisi keamanan tak segera datang.
Kisah ini saya ceritakan kepada Ali, juga anak murid saya di SMP Jisc, bagaimana iseng itu memang nampak lucu dan menyenangkan, tetapi iseng tanpa batas dapat membawa petaka. Berfikirlah efek daripada orang yang diisengi, apakah akan menimbulkan kekesalan, jika terus dijadikan sebagai hal yang lucu. Tak mustahil keisengan itu akan dilakukan lagi dan lagi, sehinga akan menjadi kebiasaan, yang bila diteruskan, akan terbentuklah kepribadian seorang remaja yang “iseng,” namun bila tak dihentikan akan membawa petaka.
Coba baca surat : AL Muminun Ayat : 1 dan 3, Ali…
Qodaflahal muminun, aladzina hum anil laghwi mu’riduun.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang mukmin, yang berpaling dari pekerjaan yang sia–sia.”