Kisah Sejarah Pangeran Diponegoro (5)

Di depan gua yang gelap pekat tanpa penerangan obor, dengan perlahan namun jelas, Pangeran Diponegoro berjalan mendekati Ki Singalodra yang masih berdiri mematung. Tanpa ragu Diponegoro mengangkat kedua tangannya memegang kedua bahu lelaki itu. Kemudian dia mulai mengucapkan dua kalimah syahadah yang diikuti kata demi kata oleh Ki Singalodra.

Asyhadu ala Ilaha Ilallah… wa asyhadu alla Muhammad ar-Rasulullahu... Saya bersaksi, tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul utusan Allah…”

 

Dengan terbata-bata, jagoan dari Dusun Ngampilan yang jika mendengar namanya saja orang kebanyakan bisa gemetar itu mengucapkan dua kalimah syahadat. Ki Singalodra cukup cerdas. Sekali saja Diponegoro menuntunnya, dia sudah bisa mengikutinya. Setelah selesai, semuanya mengucapkan syukur.

Alhamdulillahi Rabb al’Amien…

Pangeran Diponegoro kemudian langsung memeluk Ki Singalodra dengan hangat. Bagai pelukan seorang kekasih yang lama tak berjumpa. Sama sekali tidak ada kecanggungan tampak di sana. Diponegoro, sang putera Sultan Hamengku Buwono III, dengan sangat akrab dan hangat memeluk erat seorang jagoan yang tangannya banyak berlumur darah orang lain. Hal ini langsung membuat hati Ki Singalodra luluh. Lelaki ini lumer dan menangis terisak.

“Dosa-dosaku sudah banyak, Kanjeng Gusti Pangeran… Apakah ada cara untuk menebusnya agar nanti saya bisa berkumpul dengan anak dan isteriku di surga?”

Pangeran Diponegoro masih memegang kedua bahu Ki Singalodra. Kedua matanya yang tajam tapi menyejukkan menatap langsung ke dalam mata lelaki itu.

“Saudaraku, Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Semua dosa umat-Nya akan diampuni asalkan kita mau bersungguh-sungguh bertobat, terkecuali dosa syirik, yaitu dosa karena menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa syirik adalah dosa yang tak terampuni.”

“Bagaimana caranya agar saya bisa kembali berkumpul nanti dengan keluargaku di surga?” ulang Ki Singalodra.

“Berjihadlah dengan ikhlas, semata-mata demi tegaknya tauhid. Li ila kalimatillah. Asal kita tidak berhutang pada orang lain, setiap orang yang menemui kematian di jalan jihad, syahid fi sabilillah, dijamin Allah langsung masuk surga…tanpa dihisab.”