Nasihat Sebagai Kunci Perubahan

Salah satu kewajiban adalah mencurahkan nasihat yang bersifat menyeluruh kepada semua manusia. Inilah tindakan amar-ma’ruf dan nahyi munkar yang dipuji oleh hukum syariat karena kedudukannya yang sangat mulia. Hukum syariat telah menjadikan tindakan itu sebagai salah satu
sarana terpenting dan paling berguna dalam upaya meluruskan penyimpangan umat dan pengembangan solidaritas masyarakat. Hanya saja, nasihat tidak akan efektif kecuali bila syarat-syaratnya terpenuhi, yakni jujur, ikhlas, lemah lembut dalam perkataan, disertai rasa cinta sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an.

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." QS. al-Isra’ (17) : 53

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda:”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia berkata baik atau diam…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu sebaiknya kita menjauhi sikap kasar dan tidak sopan dalam menggunakan lisannya seperti umpatan dan caci maki dan sikap lainnya yang tidak mencerminkan tabiat yang baik.

Dari Muadz radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam telah bersabda:”Apabila ada seseorang yang mencela dosa saudaranya, maka dia tidak akan mati kecuali terjebak dalam dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi, hasan shahih).

Sementara itu, orang yang dinasihati hendaklah rela menuruti dan menerima ucapan yang benar tanpa bersikap fanatik pada pendapatnya. Dengan demikian, saat terjadi penerimaan yang utuh, akan terwujud akhlak yang terpuji dan adab yang benar. tetapi, bila tidak terjadi penerimaan yang utuh itu, penentangan pada ucapan yang benar akan tetap dilakukan oleh hati dengan menggunakan tentara fanatisme buta. Oleh karena itu, harus pada tempatnya bila ia mencari obat bagi penyakitnya guna menyembuhkan penyakit yang diderita itu. Seperti apa pun tingkat kesempurnaan jiwa, setinggi apapun tingkat keilmuannya dan seperti apa pun tingkat kebahagiaan yang telah diraih, ia tetap membutuhkan nasihat dan petunjuk.

Dewasa ini sebuah partai yang berideologi islam dan meyatakan dakwah sebagai tujuannya, telah mengalami berbagai masalah yang tidak lain diakibatkan oleh tindakan dan sikap yang dilakukan oleh elit dan pimpinannya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gejolak yang terus berlangsung dalam tubuh partai islam tersebut. Diantara faktor penyebab terjadinya adalah para kader (jundi) tidak dapat menerima tindakan beberapa elit partai yang dirasa telah menyimpang dari tujuan awal terbentuknya partai tersebut yaitu dakwah.

Munculnya gagasan-gagasan dan keinginan oleh para kader agar kembali pada asshoolatudda’wah. Karena mereka merasakan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari tujuan awal mereka berdiri, partai yang tujuan awalnya agar membuat orang menyembah Allah SWT, berubah menjadi partai yang haus akan kekuasaan. Ungkapan rasa kekecewaan pun mengalir deras ketubuh partai ini seakan tiada henti surat kritik berdatangan kepada pimpinan pusat.

Apakah solusi dari permasalahan tersebut ?. Mungkin salah satu jawabannya adalah seperti diatas tadi, sebuah nasihat yang dibutuhkan oleh kita semua. Kita mengetahui bersama tujuan kita berkumpul dan bersatu adalah kecintaan kepada Allah SWT serta kerinduan kita akan tegaknya Dinnullah.. “Laa tajtami’u ummati ‘ala dhalaalah”, kata nabi kita SAW. “Tidak akan mungkin ummatku bersatu dalam sebuah kesesatan.”

Ialah suatu kewajiban bagi kita untuk senantiasa instropeksi diri, bercermin melihat seperti apakah kita saat ini. Agar kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Kewajiban kita pula untuk selalu memberikan teguran apabila melihat sesuatu yang tidak benar/menyimpang. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” QS. Ali Imran (3) : 104.

Selayaknya kita pun harus menerima dengan lapang dada segala kritikan, karena kita memang membutuhkannya. Jangan menganggap remeh hal tersebut sebagaimana yang dikataan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib “Jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi lihatlah apa yang di katakannya”.

Wallahu A’lam

Irfan Saputra, www.ussyaqulhurain.multiply.com .aktifis Yayasan Pemuda Peduli Umat (YPPU). yaysan yang didirikan oleh sekelompok anak muda dengan sasaran utama membantu anak jalanan putus sekolah untuk mendapatkan pendidikan kembali.