Kacamata Barat, Segera Lepaskan

Dalam keseharian kita sering menemukan berbagai kendala dan masalah bahkan disepanjang mata memandang. Kita lihat di terminal beberapa orang yang merokok seenaknya, membuang sampah di sembarang tempat, bahkan sampai di dalam bis kita
harus rela berdesak – desakan. Belum lagi ternyata setelah terlepas dari suasana bis yang sangat sempit itu, kita sering kehilangan barang baik handphone lah, dompet lah, atau laptop sekalipun.

Semua kejadian dan permasalahan yang kita lalui tidak sering membuat kita merasa jengkel dan frustasi. Seakan sudah tidak ada lagi manusia yang berbuat baik di dunia ini. Di kamar, di kampus, di jalan, di kantor, di toko, di mobil, semuanya serba bermasalah.

Yang lebih bermasalah lagi orang yang sering berbuat salah tapi tidak mau bahkan tidak mengakui bahwa dirinya salah. Dunia ini sudah cukup sempit dengan makhluk yang bernama masalah, maka dari itu jangan kita persempit lagi dengan menambah masalah.

Ya memang bukan manusia namanya jika tidak pernah melakukan kesalahan, hanya saja kita juga diberikan kekuatan oleh Allah untuk meminimalisir agar terhindar dari berbuat kesalahan. Dalam al-Quran Allah berfirman :

“Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang berbuat baik “

Dalam ayat lain Allah berfirman :
“jika kalian berbuat baik maka sesungguhnya efek dari kebaikan itu akan kembali lagi kepada kalian, dan jika kalian berbuat jahat, maka sesungguhnya kejahatan itu akan kembali kepada kalian.”

Dan masih banyak lagi ayat – ayat llain yang menyeru kita agar berbuat baik. Pada intinya syariat islam menyuruh kita berbuat baik kepada siapa, dimana, dan kapan saja kita berada.

Bukankah manusia yang paling baik adalah mereka yang menebar manfaat di mana saja mereka berada. “khoirun nasi anf’uhum lin nas” begitu sabda nabi memberitakan kepada manusia agar senantiasa memberiikan kenyamanan kepada siapa saja.

Sekarang mari kita renungkan makna “ baik “ yang sudah berabad – abad disabdakan oleh nabi, dan tertera dalam nash al-Quran. Nampaknya di zaman ini sedikit sekali orang yang menggunakan kacamata “ baik ”. Dalam dunia bisnis, belajar, bergaul, bahkan dalam masalah agama sekaipun. Coba kita tengok kepda para pedagang atau para pebisnis, sudah jarang sekali mereka memakai kacamata “ baik “ tapi lebih memilih kacamata “ untung ”.

Melakukan berbagai macam cara asal mendapat keuntungan besar tanpa melihat akibat efek dari perbuatannya yang sudah tidak mempedulikan lagi kebaikan atau keburukan bagi orang lain. Di matanya yang ada hanya untung. Seorang pengajar yang melihat dengan kaca mata ini maka yang menjadi sasaran utamanya bukan pemahaman siswa atau kemajuannya. akan tetapi lebih menitik beratkan kepada berapa gaji yang ia dapatkan perbulannya. Lebih ironisnya jika seorang da’i dan para intelek di negara kita enggan menyampaikan ceramahnya hanya gara – gara mata mereka yang sudah lengket dengan kacamata untung/rugi ( baca : barat ).

Kacamata untung/rugi yang dibawa oleh budaya barat ini, kini mengakar kuat di seluruh aspek. Kaca mata barat ini berhasil melemahkan sendi – sendi nilai islam yang sangat mulia dan menjunjung tinggi kesejahteraan. Hampir di seluruh segi kehidupan kita melihat dengan kacamata ini, dan hampir tidak melirik kepada kacamata islam yang mengajarkan untuk melihat segala sesuata dengan kacamata baik, buruk , halal atau haram.

Telah lama kaca mata ini menghilang semenjak barat menularkan virus westernisasinya ke seluruh dunia, tidak terlepas negara – negara islam. Satu hal lagi warisan dari virus westernisasi, yaitu pandangan atau cara pandang “ yang penting saya enak / senang “. Virus ini masih sangat sering kita jumpai dan bahkan mungkin kita rasakan oleh pribadi kita masing – masing.

Dalam mengerjakan berdialog, berdiskusi, berbicara, bergaul, dimanapun dan dengan siapapun terkdang kita masih terjangkit oleh virus berbahaya ini. Virus yang mengandakan kurang matangnya kedewasaan kita, bersikap egois yang merupakan ciri khas anak – anak.

Oleh karena itu, mulai saat ini, marilah kita tinggalkan kacamata barat ini yang hanya menitik beratkan pada materi semata. Mulailah berbisnis dengan allah melalui amal baik kita karena prioritasnya bukan lagi materi, tapi ridho Allah. Maka saya sangat setuju seperti yang dikatakan oleh Aagym, berbisnis dengan Allah tidak selalu rugi, bahkan sudah pasti untung. Berbeda dengan bisnis dengan manusia yang belum jelas keuntungannya dan banyak mengalami kerugian.

Apa kita tidak ingat dengan firman Allah :
“Barang siapa yangmengerjakan amal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat. Dan barang siapa yang mengerjakan amal buruk, maka baginya balasan serupa seperti amal buruknya, sedang mereka tidak akan dirugikan. “ ( Q. S. Al an’am 160 )

Dalam salah – satu hadis qudsi Allah juga berfirman :
“jika hambaku berniat untuk berbuat baik, maka tuliskanlah baginya satu kebaikan. Apabila dia melaksanakannya maka tuliskan bagi dia sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Jika hambaku berniat untuk melakukan kejahatan akan tetapi dia tidak melakukannya, maka tuliskan baginya satu kebaikan, jika dia melakukannya tulis baginya satu kejahatan. Apabila dia beristighfar maka hapuslah kesalahannya.“

Alangkah buruknya jika kita tidak lagi mengindahkan bahkan tidak mau memakai kacamata kebesaran kita. Mari kita sebarkan keberkahan ketentraman di mana saja kita berada, bersama siapa saja, dan kapan saja. Keuntungan duniawi tidaklah akan menambah kejayaan di sisi Allah, tapi kebaikan kita akan sangat memberikan manfaat bagi orang banyak, bahkan mengangkat derajat kita di sisi Allah dan makhluknya.

Wahai generasi muslim di mana saja engkau berada, wahai mujahid Allah apapun yang sedang engkau lakukan, lepaskanlah kacamata jelek itu, mari kita sama – sama memakai kacamata kejayaan islam dan jangan pernah engkau lepaskan sepanjang hayatmu.

Sinari kehiduan seperi matahari menyinari bumi. Usirlah kebathilan seperti mentari mengusir kegelapan. Karena kita generasi harapan, karena kita calon penggenggam dunia.

Iwan Gunawan; Penulis adalah mahasiswa S1 azhar university Cairo – Egypt fakultas ushuluddin madinet el bo’uts el islameya abbasea cairo
email : [email protected]
blog : elmishriya.multiply.com