Tanggapan Pernyataan Politisi PDIP Eva Sundari terkait Penutupan Situs Islam

evaAnastasia (Ibu rumahtangga)

Kotomiyah-Mesir

Lebih dari sepekan kemarin situs islam di ramaikan dengan permberitaan terkait pernyataan politisi PDIP Eva Sundari beliau menyampaikan khawatiran atas maraknya situs-situs islam yang konon disinyalir mengajarkan radikalisme seperti pernyataannya yang dikutip dibeberapa media online.  Dalam pernyataannya di sebuah situs online Eva menyatakan situs-situs tersebut sudah meresahkan masyarakat dan aktivis-aktivis anti-kekerasan karena mengajarkan radikalisme serta  berdampak pada kerusakan jiwa para generasi muda

Sebagai bagian dari umat muslim tentunya kita kecewa dengan pernyataan di atas, masih telalu prematur jika dikaitkan situs islam sebagai penetus  radikalisme dikalangan pemuda apalagi dikatakan merusak jika, kalau pun beliau menjadikan   insiden bom panci di Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat sebagai contohnya dan ini pun sifatnya masih menduga-duga, bahwa pelaku mendapat ide dari situs Inspire Magazine Al Qaidah, yang mengajarkan pembuatan bom panci memakai  pressure cooker.

Kalau kita kritisi bersama sejarah panjang situs-situs islam di Indonesia sangat beralasan mulai dari ketidak  berpihanakan media sekuler kepada kaum muslim, seperti pada kasus terorsisme yang syarat dengan fitnah, isu ini begitu kencang disematkan pada umat islam, tidak adanya transparansi hukum bagi terduga teroris, terlebih orang-orang yang masih diduga teroris mereka ditembak mati ditempat, sejauh ini belum ada kontribusi media dalam mengklarifikasi kebenaran apalagi menjernihkan permasalahan bahkan cenderung menyudutkan. Disinilah situs-situs islam mampu memberikan pencerahan terkait permasalah tersebut, selain itu  kalau kita lihat secara detail  situs islam mempunyai perhatian lebih terkait  kondisi kaum muslim dibelahan dunia yang sedang teraniyaya seperti Rohignya, Palestina, Irak, Mesir, Afganistan, Pakistan, muslim Patani, Suriah  dan negeri-negeri kaum muslim lainnya yang sedang tertindas,  kita paham media sekuler sangat minimal memberikan porsi beritanya. Terlebih Indonesia adalah salah satu  negara muslim terbesar di dunia wajar apabila kita menginginkan akses informasi yang lebih besar  terkait masalah di atas.

Dari sinilah seharusnya media ataupun pemerintah berkaca dan melakukan evaluasi sejauh manakah mereka melakukan perannya.  Di sisi lain media sekuler seolah-olah sedang mengakampayekan jargon kapitalismenya, terbukti seperti situs-situs belanja online yang marak, situs yang berbau prostitusi seolah-olah legal, tak hanya lewat media online saja mereka menjajah kaum muslimin, dengan totonan yang tidak mendidik, gaya hidup hedonisme  yang mencerminkan kehidupan bebas pun menjadi  pemanadangan biasa dilayar kaca, justru inilah yang lebih berbahaya merusak genarasi bangsa.  Menurut Jurnas.com  “praktik aborsi di dalam negeri cenderung meningkat. Bahkan tren peningkatannya tiap tahun rata-rata mencapai 15 persen”. Fakta yang mencengangkan juga terlihat DetikHealth, (30/5/2012). “ Membicarakan aborsi adalah hal yang sensitif, apalagi karena hukumnya ilegal. Tapi jumlahnya memang cukup banyak sekitar 2,5 jutaan setiap tahun. Jika jumlah ini benar, maka angka aborsi jika dihitung sudah hampir separuh dari angka kelahiran di Indonesia,” kata Sudibyo Alimoesa”, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN saat dihubungi menurut Sudibyo, perkiraan 2,5 juta tersebut merupakan hasil penelitian independen yang dilakukan oleh pribadi atau LSM.

Tentu saja  sebagian data di atas mempunyai keterkaitan antara kontribusi budaya kapitalisme dengan tontonan  gaya hidup yang  bebas. Inilah yang harus disadari bersama bahwa budaya yang merusak anak cucu kita memang mempunyai jatah yang besar  nonggol di layar kaca. Maka dari itu pemerintah media masa dan lembaga terkait harus lebih cerdas dan  bijaksana menilai sebuah fakta, jangan hanya menduga-duga sesauta yang sifatnya belum terbukti. wallahu alam