Autonomousweapon #1: Mengapa Mujahid Sebaiknya Tidak Punya Medsos?

Dalam Slaughterbots, tiap drone pembunuh ini dibekali bahan peledak sebanyak 3 mg dan itu sudah lebih dari cukup untuk membunuh satu manusia di dalam kepalanya.

Yang patut digarisbawahi adalah: input data target ke dalam chip memory Killer Drone ini, oleh operator di balik meja, diambil dari media sosial yang ada, yakni Facebook, Instagram, youtube, dan lainnya.

Bagi seorang hacker pemula, adalah sangat mudah mengambil seluruh identitas akun-akun yang tersebar di dunia maya.

Kita saja sebagai yang awam, dengan berbekal satu kata kunci, maka akan dengan cepat dan mudah mendapatkan semua hal yang terkait dengan kata kunci tersebut di mesin pencari seperti Google, Bing, Yahoo, dan sejenisnya.

Dalam kalimat yang sederhana, oleh kelompok yang berada di belakang layar, medsos itu sesungguhnya sengaja diluncurkan ke tengah warga dunia, agar mereka bisa memantau dan menyeleksi siapa saja yang dianggap potensial untuk diawasi dan siapa yang tidak. Siapa saja yang memiliki IQ 200 sendirian atau siapa saja yang memiliki IQ 200 tapi sekolam.

Medsos adalah jaring yang sangat lebar dan rapat, yang nyaris tidak lagi menyimpan privasi bagi seseorang. Sebab itu, para freedom-fighter atau para mujahidin sangat menghindari bersentuhan dengan yang seperti ini. Mereka sebisa mungkin berkomunikasi dengan cara-cara tradisional, dan jika pun terpaksa menggunakan telepon genggam maka yang mereka pakai adalah telepon genggam yang cuma bisa sms dan menelepon. Itu pun nomornya berganti dengan cepat secara random.

Bagi freedom fighter yang termasuk aktif, maka satu nomor hanya dipakai untuk satu atau dua kali berkomunikasi, setelah itu dihancurkan dan dibuang. Bahkan mereka juga sering menggunakan disposable-handphone, alias telepon nirkabel sekali pakai buang. Adakah yang seperti ini? Ada! Di dunia ini apa sih yang tidak ada? Jangankan jualan kuburan, orang yang menjual agamanya juga banyak kok. Bahkan penyamun sekarang banyak yang mengaku sebagai nabi.

Medsos adalah jaring bagi kelompok yang ada di belakang layar peristiwa-peristiwa besar dunia. Mereka menciptakan algoritma khusus, bagi yang suka belajar SEO pasti tahu, yang mampu memilah dan memilih siapa-siapa saja yang layak untuk diawasi.

Nah, kita mulai sekarang mulailah berpikir lebih jernih. Apakah kita memang memerlukan medsos atau sekadar ikut-ikutan? Kalau kita bermedsos cuma untuk memamerkan foto senyum garing dengan bibir monyong ke kiri dan kanan, atau mencontoh gaya kalajengking ngangkang kayak cengcorang, atau memotret makanan di piring yang itu pun hasil traktiran temen, coba pikir apa manfaatnya? [ridyasmara]