Majalah Berita Nahdlatoel Oelama 1 Januari 1938 Ungkap Bahaya “Aliran Anti Arab”

Kini yang sudah kejadian, mereka yang dihinggapi penyakit anti-Arab, tipis kecintaannya kepada Igama Islam, kurang minatnya pada perintah-perintah Igama Islam, dan persaudaraan Islam. Mereka tidak lagi menghiraukan soal Palestina, soal yang mengenai tanah suci umat Islam. Sampaipun Tuan Wondoamiseno di dalam pidato pembukaan Protest Meeting menyangkal pembahagian Palestina, pada beberapa bulan yang lalu berkata: “Dengan aksi kita memperhatikan luar negeri kita, bukanlah artinya kita melengahkan urusan dalam negeri kita Indonesia.”

Begitulah orang kita yang mengaku sadar dan tak dapat ditipu, tidak merasa dirinya sedang hanyut dalam suatu aliran yang menceraikan mereka dari Igamanya! Atau dengan kalimat yang lebih tajam: mereka tak sadar bahwa mereka tengah tertipu.

Tidak Membuta Tuli
KAMI tidak membelakan bangsa Arab dengan membuta tuli, tidak pula membelakan kesalahan-kesalahan yang sangat melukai perasaan kebangsaan kita. Kami tidak membelakan orang mempermainkan kehormatan dan kedudukan putri-putri bangsa kita.
Akan tetapi kami tak dapat mengakui bahwa kebusukan-kebusukan itu diperbuat oleh antero bangsa Arab, dan tak dapat kami akui bahwa kebusukan-kebusukan itu hanya diperbuat oleh bangsa Arab, dan hanya terdapat dalam kalangannya bangsa Arab!

Kami tak dapat mengakui bahwa mengambil putri-putri kita dengan jalan perkawinan, sama halnya atau lebih busuk dari mempergundik mereka, atau menjual mereka dari satu tangan ke lain tangan, atau menyewakan mereka dengan direklamekan bersama-sama bersama dengan ijs dan kuwe-kuwenya!

Ya. Kami tak dapat mengakui bahwa menjual majmu gahru dan ma’jun sama mendesaknya seperti memborong 99% mata pencaharian bangsa kita, hingga perekonomian bangsa sukar didirikan kembali!

Dalam pada itu semua kita tidak memejamkan mata dari penyakitnya masyarakat kita.