Misteri Hilangnya Jejak Benteng di Tangerang, Kota Benteng Tapi Tanpa Benteng

Menurut peta yang dibuat pada 1692, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya di sebelah Utara Kampung Baru. Namun, ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepat di muara sungai Tangerang.

Pada 1739 telah berdiri Benteng atau Fort Sampora (Serpong) dan Fort Tangerang sebagai bangunan pertahanan yang memisahkan kedua belah pihak, yaitu VOC dan Kesultanan Banten. Batas wilayah kekuasaan tersebut adalah sungai Cisadane. Fort Sampora dan Fort Tangerang merupakan sebuah bangunan yang menandakan batas terjauh teritorial dari VOC Belanda.

Misteri Hilangnya Jejak Benteng di Tangerang, Kota Benteng Tapi Tanpa Benteng
Peta Benteng (Fort) Tangerag dan Fort Sampora (Serpong).

Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia pada 3 April 1750, Gubernur Jenderal Zwaardeczon menginstruksikan, membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Tujuannya agar pasukan dari Banten tidak dalam melakukan penyerangan. Termasuk merobohkan bangunan-bangunan dalam pos penjagaan lama yang berdinding bambu dan diganti dengan tembok.

Benteng baru yang akan dibangun direncanakan punya ketebalan dinding sekitar 20 kaki. Di sana akan ditempatkan 30 orang Eropa di bawah pimpinan seorang Vandrig (Peltu) dan 28 orang Makassar yang akan tinggal di luar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I.

Setelah benteng selesai dibangun, personel penjaga berjumlah 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dimaksud orang hitam ini adalah orang-orang Makassar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis pertahanan kompeni dalam menghadapi serangan pasukan Banten.

Misteri Hilangnya Jejak Benteng di Tangerang, Kota Benteng Tapi Tanpa Benteng
Denah Benteng (Fort) Tangerang Tahun 1705.

Kemudian pada 1801, dilakukan perbaikan untuk memperkuat pos atau garnisun itu dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke Tenggara, tepatnya terletak di sebelah Timur Jalan Besar Pal 17 (paal adalah jalan yang ditandai tonggak batu). Namun, sejak 1812 Benteng ini sudah tidak terawat lagi.

Bahkan “Superintendant of Publik Building and Workd” pada 6 Maret 1816 menyatakan, “…Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorang pun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak, bahkan diambil orang untuk kepentingannya.”

Bila sejak 1816 saja keberadaan Benteng di Tangerang sudah rusak dan tidak terurus, rasanya bisa dimaklumi jika saat ini wujudnya sudah tidak ada. Apalagi pusat Kota Tangerang saat ini sudah sesak dengan perkantoran, pusat bisnis, dan permukiman penduduk.

Bukan hal mudah untuk mencari jejak Benteng tersebut. Beruntung sebutan Benteng untuk Kota Tangerang tetap lekat, sebagai pengingat bahwa pernah ada Benteng pertahanan berdiri di sana.[sindonews]