Napoleon Pernah Rayakan Maulid Nabi untuk Memuluskan Penjajahannya

Untuk menaklukkan hati rakyat Mesir, Napoleon juga mengikuti berbagai tradisi-tradisi yang bernuansa Islam. Seperti yang disebutkan oleh Juan Cole dalam bukunya Napoleon’s Egypt: Invading Middle East, Napoleon bahkan membiayai festival Maulid Nabi Muhammad saw (hal. 123). Napoleon memang berhasil mengambil hati sebagian besar rakyat Mesir, sehingga mereka memanggil Napoleon dengan sebutan Ali Bonaparte, yang merujuk pada sepupu Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib. (Juan Cole, 2007: 135).

Edward Said menerangkan bahwa Napoleon benar-benar mengikuti saran mentah-mentah yang tertuang dalam karya-karya Volney -Voyage en Egypte en Syrie dan Considerations- agar menggunakan cara-cara manipulatif untuk menguasai Mesir. Napoleon mengklaim sebagai saudara seiman (itulah yang dilakukannya saat pidato tanggal 2 Juli 1798 di hadapan rakyat Alexandria) dan memanfaatkan kebencian rakyat Mesir kepada kesultanan Mamluk. (Said, 2010: 119). Sikap pragmatisme Napoleon tersebut juga dapat ditelusuri lewat pernyataannya yang terkenal,

“It is by making myself Catholic that I brought peace to Brittany and Vendée. It is by making myself Italian that I won minds in Italy. It is by making myself a Moslem that I established myself in Egypt. If I governed a nation of Jews, I should reestablish the Temple of Solomon.”

Oleh karena itu, Napoleon tidak hanya pragmatis dalam memandang agama, ia juga tidak mendeklarasikan dirinya memeluk Islam. Ulama Al-Azhar, Syeikh Abdullah Al-Sharqawi memang sempat menawarkan kepada Napoleon -lewat panglima jenderalnya- untuk pindah ke agama Islam agar mendapatkan legitimasi sakral atas umat Muslim. Akan tetapi, pada akhirnya, Napoleon tidak pernah masuk Islam, tidak pernah ke masjid, dan tidak pernah sholat dan berdoa seperti Muslim pada umumnya. Kenyataannya, seperti yang dikemukakan oleh de Bourienne, menjelang kematiannya, ia menjalani salah satu proses sakramen oleh uskup sebagai orang Katolik.

Peneliti arkeologi yang mengkhususkan diri dalam masalah Islam dan Koptik Sameh al-Zahar menjelaskan bahwa di awal ekspansi Napoleon ke Mesir merayakan ulang tahun Nabi, karena itu ia mengirim 300 Real ke rumah Naqib al-Asyraf (ketua para Habib) di Mesir , Sheikh al-Bakri dan mengirim jidor besar dan kendil-kendil (lampu gantung) untuk memikat hati orang Mesir agar menerima penjajah Perancis.