"Jangan Pilih Calon Presiden yang Pro-Barat"

Apa yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi spiritual Iran ini mungkin patut dicontoh para ulama di Indonesia. Apalagi dalam urusan memilih pemimpin. Bagi umat Islam, memilih pemimpin bukan masalah sepele karena pertanggungjawabannya bukan hanya di dunia tapi juga di akherat. Disinilah peran para ulama bermain, memberi bimbingan dan masukkan bagi umat, pemimpin macam apa yang harus mereka pilih.

Menjelang pemilu presiden di Iran tanggal 12 Juni mendatang, pemimpin tertinggi spiritual Iran Ayatullah Ali Khamenei angkat bicara. Dalam pidatonya di provinsi Kordestan yang disiarkan televisi Iran, Khamenei mengingatkan rakyat Iran untuk berhati-hati memilih calon presiden. Ia menghimbau rakyat Iran untuk tidak memilih calon presiden yang pro-Barat.

"Berhati-hatilah dengan pilihan kalian. Jangan biarkan mereka yang ingin menyerah pada musuh-musuh kita dan membuat negara ini kehilangan martabatnya, masuk ke kantor (kepresidenan) atas pilihan rakyat," tukas Khamenei.

Ia menegaskan, akan jadi "bencana besar" bagi Iran jika yang terpilih dalam pemilu nanti adalah kandidat yang mudah menyerahkan dirinya pada kekuatan Barat atau arogansi dunia internasional. "Jangan memilih para kandidat yang mau menjilat Barat agar mendapatkan tempat di arena internasional, karena tidak akan membawa manfaat bagi rakyat Iran," himbau Khamenei.

Khamenei tidak menyebutkan siapa saja kandidat presiden Iran yang layak dipilih oleh rakyat. Yang jelas, dalam pemilu terdahulu, Khamenei memberikan dukungannya pada Mahmoud Ahmadinejad, yang dalam pemilu kali ini ikut mencalonkan diri lagi.

Selama ini, Ahmadinejad dikenal sebagai sosok presiden Iran yang paling berani dan vokal mengkritik Barat, terutama AS khususnya dalam isu Israel-Palestina dan program nuklir Iran. Dalam pemilu bulan Juni nanti, Ahmadinejad akan berhadapan dengan mantan perdana menteri Mir Hussein Mousavi, mantan ketua parlemen Mehdi Karroubi dan mantan pemimpin Garda Revolusi Iran, Mohsen Rezai.

Mousavi dan Karroubi dikenal sebagai tokoh-tokoh reformis di Iran. Namun Mousavi-lah yang dinilai akan menjadi saingan berat Ahmadinejad. Mousavi yang pernah menjabat sebagai perdana menteri pada masa perang Iran-Irak tahun 1980-1988, dulunya adalah pendukung mantan presiden Iran, Mohammad Khatami yang dikenal sebagai tokoh Islam moderat di Iran.

Banyak kalangan di Iran meyakini, dengan pengalaman bertahun-tahun, Mousavi mampu memperbaiki kondisi perekonomian Iran dalam situasi krisis global seperti sekarang ini.

Lepas dari persaingan kandidat presiden di Iran, para ulama di Indonesia selayaknya mencontoh tindakan Ali Khamenei yang mengingatkan rakyatnya agar tidak memilih calon presiden yang pro-Barat. (ln/aby)