Ribuan Warga Sudan Berkumpul Doakan Usamah bin Ladin dan Kecam AS

Sekitar 1.000 orang hari Selasa kemarin (3/5) berkumpul di pusat ibukota Sudan Khartoum untuk memuji pemimpin al Qaidah Usamah bin Ladin, sambil meneriakkan "Kematian bagi Amerika."

Sebuah partai Islam Sudan menyerukan doa massal untuk menghormati orang yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September.

Kebanyakan warga Sudan yang berkumpul mendukung Usamah bin Ladin adalah laki-laki berpakaian jubah putih tradisional, beberapa dari mereka tiba dilokasi menggunakan mobil mewahl, mereka berkumpul di alun-alun di pusat kota Khartoum untuk menghadiri doa bersama dan mencela pembunuhan terhadap Usamah bin Ladin. Ratusan wanita berjilbab berdoa secara terpisah di sudut alun-alun.

Setelah doa, beberapa ulama muslim Sunni memuji pemimpin Al Qaidah dalam pidatonya dan meminta para pemimpin Arab untuk melawan Amerika Serikat, yang dilihat luas di wilayah itu sebagai pendukung Israel dan sangat bias terhadap umat Islam.

"Islam memanggil untuk melawan Amerika karena Amerika mendukung Israel dan orang-orang Yahudi," kata Syaikh Abu Zaid Muhammad Hamzah mengatakan kepada kerumunan massa yang juga dihadiri oleh anggota junior dari partai yang berkuasa Partai Kongres Nasional utara (NCP).

"Kami berharap bahwa semua presiden Arab akan menjadi seperti Usamah bin Ladin," katanya, sementara beberapa orang yang berkerumun meneriakkan "jihad" dan "Kematian bagi Amerika."

"Usamah bin Ladin adalah saudara kami," kata Syaikh Abdul Hai Yussuf, ulama lain Sudan yang turut hadir.

Usamah Bin Ladin tinggal di Sudan selama lima tahun, tiba di sana pada tahun 1991 setelah berselisih dengan keluarga penguasa Arab Saudi atas partisipasi kerajaan dalam kampanye pimpinan AS untuk mengakhiri pendudukan pemimpin Irak Saddam Hussein di Kuwait.

Pada awalnya, ia menemukan tempat berlindung di bawah pemerintah Islam Sudan Presiden Omar Hassan al-Bashir. Tapi ia meninggalkan wilayah itu tahun 1996 ketika AS memberikan tekanan internasional terhadap Sudan.

Banyak warga Sudan masih memiliki kenangan positif terhadap bin Ladin karena dia telah berinvestasi di negara Afrika tersebut dan berdiri melawan Amerika Serikat yang memberlakukan sanksi terhadap Sudan.

Pemerintah Sudan pimpinan Omar Bashir sendiri untuk hari kedua masih belum berkomentar tentang tertang terbunuhnya Usamah bin Ladin karena menghadapi posisi yang dilema.(fq/reu)