Spanyol Peringati 400 Tahun Pengusiran Umat Islam

Pada 2 September 1609, rezim Raja Spanyol Philip III telah meluncurkan program pengusiran terhadap 300.000 Moriscos (sebutan untuk Mualaf Spanyol – red), dari negeri Spanyol.

Perintah pengusiran yang pertama memberikan kesempatan terhadap para Moriscos dari wilayah timur Valencia selama tiga hari untuk sampai ke pelabuhan terdekat, dengan tidak membawa koper lain selain apa yang bisa mereka bawa, setelah terjadi penundaan yang hukumannya akan berakibat kematian terhadap mereka.

Spanyol menandai peringatan 400 tahun peluncuran pengusiran massal kaum Moriscos pada hari Selasa kemarin, hal ini secara luas dianggap sebagai contoh awal pembersihan etnis dan sebagai kerugian yang besar sehingga menunda perkembangan negara. Pemerintah Spanyol, bagaimanapun, memperingati peristiwa ini secara tidak resmi dan mereka merasa "kurang nyaman" untuk memperingatinya secara terang-terangan.

Umat Islam Spanyol dikenal sebagai kaum Moor menguasai bagian Semenanjung Iberia dari ke-8 ke abad ke-15. Berlawanan dengan keyakinan yang tersebar selama ini ternyata sebagian besar Muslim penakluk dan pemukim bukanlah orang Arab, tapi orang Afrika Utara Berber (Amazigh), dan banyak pribumi asal Spanyol juga masuk Islam. Muslim Spanyol, yang dikenal dengan nama Al-Andalus adalah sebuah mercusuar bagi sebuah kebudayaan yang tinggi pada abad pertengahan Eropa, dengan puncak peradabannya pada abad ke-10.

Akibat Melemahnya dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan Moor di Spanyol, umat Kristen dibawah kepemimpinan raja Katolik Ferdinan dan Ratu Isabella merebut kembali negara itu pada tahun 1492.

Pada tahun yang sama, kedua pasangan raja dan ratu Katolik ini mengusir semua orang Yahudi dari kerajaan mereka dan mereka berkeinginan bersatu di bawah homogenitas identitas Kristen.

Awalnya umat Islam Spanyol diberitahu bahwa mereka dapat terus tetap dengan keyakinan Islam mereka, tetapi janji itu hanya terjadi beberapa tahun saja. Pada abad ke-16, bukan hanya umat Islam dipaksa untuk masuk agama Kristen, tapi mereka juga dipaksa untuk meninggalkan bahasa Arab, pakaian muslim, adat, dan semua jejak budaya asli mereka.

Namun banyak kaum Moriscos terus menerapkan Islam secara rahasia dan diam-diam, Atas keraguan mereka tentang ketulusan terhadap iman Kristiani membuat mereka mengalami penyiksaan dan inquisisi (pembantaian). Ada juga keraguan tentang kesetiaan mereka kepada raja, dan raja Philip III takut mereka mungkin akan meminta bantuan invasi kepada kekhalifaan Ottoman ke Spanyol. Akhirnya, ketika raja Philip III Menderita kekalahan de-facto dalam perang melawan Protestan di Belanda 1609 dan untukmencegah adanya perlawanan atas musuh internal, kaum Moriscos diperintahkan untuk pergi dan diusir dari Spanyol.

Pengusiran dimulai di Valencia, di mana 30 persen pendudukya merupakan Mualaf. Pengusiran kaum Moriscos dari Spanyol, yang berlangsung 1609-1614, merupakan salah salah satu yang terbesar dalam sejarah negara itu.

Eksodus terjadi dalam kondisi yang brutal, hingga menyebabkan lebih dari 12.000 orang mati dalam proses pengusiran.

Sebagian besar Moriscos dikapalkan ke Afrika Utara, di mana mereka menciptakan kekayaan dan memberikan kontribusi kepada budaya Maroko, Aljazair dan Tunisia. Beberapa bahkan menyeberangi Sahara ke Mali atau Benin. Sebagian yang lain meninggalkan Spanyol untuk pergi menuju Perancis dalam rangka melakukan perjalanan ke Istanbul, sementara beberapa pergi ke Amerika Latin.

Sebagian dari kaum Moriscos terpaksa menggunakan strategi berbeda untuk tetap tinggal di Spanyol, seperti menggunakan suap, menikah dengan orang Kristen, memasuki gereja atau melakukan pemberontakan yang mana memaksa mereka harus ditekan dan dibantai.(fq/earthtimes)