Mutiara Dakwah di Raja Ampat, Papua

Tak banyak orang mengira bahwa dakwah di bagian timur Indonesia sudah sedemikian pesat. Tengok saja, bagaimana gerak dakwah sudah bisa dirasakan di daerah kepulauan seperti Raja Ampat, Papua. Pekan lalu, Rabu (13/1/10), sekitar lima puluhan ibu-ibu dari Raja Ampat berkunjung ke Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta Pusat. Mereka bukan sekadar berkunjung, melainkan silaturahim dan menggelar wisata dakwah ke ibukota Indonesia ini.

Rombongan ibu-ibu muballighoh tampak sumringah diterima oleh para pengurus DDII. Kita patut bersyukur, di antara mereka banyak terdapat muslimah asli Papua. Artinya, Papua sangat berpotensi untuk syiar dakwah Islam ke depannya. Namun, jalan dakwah di mana-mana memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Menyampaikan kebenaran memang harus melewati jalan yang terjal dan berliku. Begitulah kondisi dakwah di Raja Ampat, Papua Barat seperti yang dituturkan oleh salah seorang pengurus Badan Koordinasi Majelis Taklim (BKMT) Papua.

“Mungkin kita selama ini, khususnya untuk perempuan, untuk berdakwah ini sangat menantang karena tadi kita tahu bahwa adat di Papua itu sangat keras. Perempuan itu seperti dipinggirkan, memang sekarang pengarusutamaan gender yang sedang digalakkan pemerintah, dengan adanya program itu kantor pemberdayaan perempuan, khususnya di Raja Ampat langsung dipimpin oleh Bupati. Bupati menginginkan pihak wanita harus mampu ke depan, jadi dengan adanya dukungan tersebut, dakwah di Raja Ampat jadi semakin maju,” ujar Sekretaris BKMT Raja Ampat Papua, Ummi Riyantini.

Muslimah yang juga istri dari Ketua Rombongan Kafilah Dakwah Raja Ampat, Papua, menuturkan, di antara rombongan terdapat istri-istri camat yang juga turut mempermudah syiar dakwah di Raja Ampat. Ibu-ibu itu juga aktif dalam kajian-kajian keislaman yang diadakan BKMT Raja Ampat. Kegiatan keislaman itu digelar di tengah-tengah sulitnya medan dakwah di Raja Ampat, khususnya karena Raja Ampat merupakan daerah kepulauan.

Ummi juga bersyukur karena populasi muslim di Raja Ampat dapat mengimbangi non-muslim di daerah sekitarnya, khususnya karena ada transmigran dari Maluku dan Sulawesi Selatan. Lambat laun, kondisi dakwah di Raja Ampat hampir menyamai Fak-fak yang sering dijuluki dengan ‘serambi Mekah’ Papua.

Selama sekitar sepekan, rombongan kafilah dakwah ini akan berada di Jakarta dan dipandu oleh DDII. Kunjungan ini merupakan kunjungan balasan dari rombongan mahasiswa STID M. Natsir binaan DDII yang telah lebih dulu dikirim ke Papua. Program ini merupakan salah satu ciri khas DDII, yaitu menyebarkan dai-dai ke daerah-daerah yang rawan kristenisasi, daerah terpencil, dan daerah transmigrasi. (Ind)