Soal Alkohol, Antropolog Australia Ini Lebih Waras Ketimbang Ahok

6270074-4x3-340x255Eramuslim.com – Walau Menteri Perdagangan Rahmat Gobel telah mengeluarkan larangan resmi penjualan minuman keras atau minuman beralkohl di lingkungan minimarket maupun supermarket, namun di DKI Jakarta masih banyak didapati gerai-gerai yang menjual minuman setan ini dengan bebas. Salah satu penyebab keberanian mereka karena Gubernur DKI Jakarta Ahok yang masih saja ngotot membela eksistensi minuman beralkohol ini dengan ribuan alasan yang tidak masuk akal. Salah satunya bahwa turis-turis di Jakarta membutuhkan minuman beralkohol. Namun sangat beda dengan Ahok, seorang antropolog Australia menentang keberadaan minuman setan ini dan menyatakan minuman ini mengganggu kewarasan seseorang.

Adalah Dr Anne Fox yang meyakini, kewarasan seseorang akan berkurang karena minum alkohol. “Kewarasan Anda hanyalah aturan-aturan sosial. Selama beberapa dekade, melalui studi lintas budaya internasional, antropolog menemukan bahwa cara Anda berperilaku ketika Anda mabuk adalah sebagian besar cara budaya Anda mengajarkan Anda untuk berperilaku,” katanya baru-baru ini.

Spesialis peneliti budaya  minuman di sejumlah negara ini mengungkapkan bahwa Australia memiliki budaya macho. “Kami melihat bahwa bukanlah pola minum atau tingkat konsumsi alkohol yang menentukan bagaimana orang berperilaku, tetapi fitur lain dari budaya yang dijelas melalui kondisi mabuk,” ujarnya.

Namun Anne juga mengemukakan, alkohol tak bisa membajak sifat baik seseorang dan membuat mereka menjadi kasar. Menurutnya, istilah kekerasan yang dipicu alkohol tidaklah akurat. Menurutnya, fokus seharusnya diletakkan pada penyebab dan pemicu kekerasan itu sendiri.
“Anda melihat bahwa sebagian besar penelitian menemukan bahwa alkohol tak begitu banyak menyebabkan kekerasan ketika seseorang itu memang agresif atau memiliki kecenderungan yang mempengaruhi mereka untuk menjadi agresif, seperti depresi atau gangguan bipolar atau skizofrenia atau hiper-agresif, kontrol impuls yang buruk – orang-orang ini cenderung minum banyak,” jelas Anne.

Namun walau demikian Anne menyatakan sebaiknya minuman jenis ini dibatasi karena lebih banyak kerugiannya dibanding kebaikannya. (rz)