Hanya Karena Kita Tidak Mengetahui Rencana Allah

Genap sudah usia perkawinan kami menjadi 15 tahun pada tahun ini . Sebuah perjalanan yang panjang dan penuh liku – liku dalam menapakinya. Dulu pada awal pernikahan sebagaimana do’a kebanyakan pengantin baru , kami mohon kepada Allah agar menjadikan kami keluarga Sakinah , Mawaddah wa Rahmah .

Sebuah do’a yang pendek tapi mempunyai dimensi yang sangat luas bukan hanya dimensi dunia tetapi tujuan akhirnya juga dimensi akhirat , Insya Allah. Dan tak lupa pula kami selalu berdo’a agar Allah memberikan keturunan yang sholeh / sholihah , yang senantiasa dekat kepada Allah , selalu mendapat ridho Allah , berbakti untuk Allah , Rasullullah dan kami kedua orang tuanya.

Istriku , memang sampai saat ini Allah belum mengkaruniakan keturunan kepada kita. Tapi mari kita renungkan perjalanan hidup kita . Pada saat awal kita berumah tangga , Allah telah menitipkan amanah kepada kita untuk membantu orang tua kita mendidik salah satu adikku yang menurut banyak orang agak nakal .

Itulah ujian sekaligus pesantren kita yang pertama . Pada saat usia kita yang masih semuda dan baru belajar berumah tangga itu harus sudah belajar membina adikku yang saat ini baru lulus SMA . Tidak ada yang salah dalam hal ini ,orang tua kita tidak salah karena memang beban beliau berdua dengan 7 anak tentu sangat berat . Beban itu akan sedikit lebih ringan kalau anak tertuanya bisa membantu mendidik adik – adiknya. Dan kebetulan anak tertua itu adalah saya. Alhamdulillah kita bisa melalui ujian tersebut dengan baik.

Setahun enam bulan kita belajar mengurus adik yang akhirnya bisa berfikir dewasa juga. Akhirnya karena tugas kita pindah dari Tarakan ke Tanjung redeb yang saat itu transportasinya masih susah.Setelah adikku bisa mandiri kembali Allah memasukkan kita ke pesantren-Nya dengan dititipkannya adikmu yang baru lulus SMA kepada kita . Sama persis , kondisi kedua orang tua kita , pas-pasan dengan anak yang cukup banyak .

Itulah takdir .Tak terasa tahun ke dua sudah kita lewati. Kadang memang terasa sepi keluarga kita .Masih terngiang di telingaku pada suatu saat ada temanku yang ngomong “ orang kok nggak punya anak , terus kalau sudah tua siapa yang akan ngurus ?”. Pertanyaan yang tidak dapat terjawab olehmu . Aku sangat yakin sebenarnya engkau bisa menjawab dengan bijak . Sungguh aku tahu persis kualitasmu.

Akhirnya aku yang coba jawab ” Itu urusan Allah , Allah lah yang berhak memberikan ataupun tidak memberikan.” . Kalau soal pada masa tua akupun menjelaskan :” jangankan kok nanti pada saat tua , sedetk , semenit , sehari ataupun beberapa hari kedepan kita pun tidak tahu takdir kita, karena itu rahasia Allah.

Sangat banyak mereka yang punya anak banyak pada saat tuanya justru di buat susah oleh anak- anaknya.Belum mati juga hartanya sudah dipakai rebutan .Jadi semua bukan jaminan , yang bisa kita jadikan jaminan hanya ketaqwaan kita kepada Allah” . Engkaupun kulihat tegar kembali, yach itulah hidup …..

Banyak orang berpikir bahwa orang yang belum di karuniai keturunan biasanya kurang sabar . Betul saja , salah satu tetanggaku juga bilang begitu. Untuk kali ini aku sendiri tidak bisa menjawab karena ukuran kesabaran kita juga hanya Allah yang tahu . Kali ini kita hanya bisa memohon kepada Allah jawabannya.

Benar saja , selang beberapa hari Allah mentakdirkan beberapa anak tetangga kita minta di ajari membaca Al Qur’an . Pada mulanya hanya 3 orang , lama- lama berkembang hingga 50 orang . Sampai rumah dinas yang kita tempati penuh sesak . Masya Allah , untuk kesekian kalinya Allah memasukkan kami ke pesantran-Nya agar kami belajar kesabaran dalam mendidik anak- anak.

Hingga pada suatu pagi saya menghadap kepala kantor saya untuk minta ijin menggunakan salah satu rumah dinas yang kosong untuk bisa di gunakan sebagai TPA. Alhamdulillah diijinkan . Mulai saat itu dibantu oleh adik-adik kita mulai memanfaatkan salah satu rumah dinas itu untuk mengaji.

Salah seorang yang Allah titipkan di TPA kita adalah Rendy . Yah .. Rendy seorang santri yang istimewa. Bapaknya seorang suku Bugis yang notabene Islam sedangkan ibunya Manado , penganut Kristen yang taat. Anak ini di usianya yang baru 6 tahun sudah bisa menjelaskan tentang bedanya Kristen Katolik dan Protestan .

Memang sejak kecil dia selalu di ajak ibunya ke gereja.Tetapi setiap ke gereja itu pula menurut cerita bapaknya dia selalu menangis minta pulang .Akhirnya suatu sore pada saat ayahnya pulang kerja melihat beberapa anak kecil yang mengaji , belaiu tertarik dan malamnya si Rendy kecil di atar kerumah.

Alhamdulillah walaupun masih terbata-bata anak ini begitu bersemangat untuk mengaji.Yang membuat hati kadang- kadang geli adalah setiap mengaji dia selalu membawa ransel kecil yang selalu penuh isinya .Disamping buku Iqra mesti mebawa kue, bahkan pernah membawa pisang satu sisir dan selalu dibagi dengan teman- temannya.

Masih menurut bapaknnya pernah suatu sore dia pulang dan ditanya oleh tetangganya yang satu gereja dengan ibunya ” Ren , ngapain kamu ngaji , di ajarin apa sih disana ?” . Dengan polosnya dia jawab : ” Kalau mau tahu ya kesana saja !” .Sebuah jawaban telak yang mengalir begitu saja.Sejak saat itu bapaknya semakin rajin mengontrol nakanya untuk pergi mengaji . Mudah – mudahan Allah menjadikanmu anak yang sholeh , nak .

Tak terasa kitapun menapaki hari – hari dengan ramai dan riuhnya anak- anak TPA sampai 6.5 tahun. Sungguh Allah mengisi kesepian hari – hari kita dengan cara-Nya . Masih segar di ingatan kita lucunya si Dewi yang ngotot nggak mau masuk syurga tetapi malah memilih masuk TK karena belum faham , bandelnya si Ari yang nggak mau sekolah umum tetapi rajin ke TPA , si Agus dan Jupri yang senang main sepeda di depan rumah selesai mengaji bahkan sampai malam dan seorang anak suku Toraja yang keluarganya Kristen tetapi setiap sore ikut datang ke tempat mengaji .

Kitapun tidak pernah mengajari anak tersebut mengaji takut terjadi salah faham , karena Islam memang tidak memaksa. Benar saja , suatu saat anak itu di hajar habis – habisan oleh kakaknya karena pergi ke tempat mengajinya orang-orang Islam . Kita hanya bisa kasihan dan mendo’akan saja . Bahkan kita sempat di teror melalui telepon karena di bilang mengajak adiknya masuk Islam .

Masya Allah. Bahkan kita saja tidak tahu dia itu anak siapa dan dimana rumahnya. Dengan sabar saya coba jelaskan kepada keluarganya pada saat telepon sambil marah – marah . Akhirnya karena kepalang tanggung mereka mengancam keluarga kita sekalian aku jawab :”Saya sudah katakan , saya tidak kenal anak itu , setiap di datang saya juga tidak mengajari apapun karena teman-temannya selalu bilang bahwa anak itu kristen .

Tetapi kalau dengan penjelasan saya ini anda masih tidak terima dan main ancam , saya sedikitpun tidak takut , silahkan datang kesini sekarang juga ,” Alhamdulillah nggak terjadi apa- apa di keluarga kita .Mudah- mudahan Allah memberikan hidayah -Nya kepada anak itu kelak.

Keceriaan anak-anak itu tidak lagi dapat kami nikmati karena kami harus hijrah ke Balikpapan .Kita pun selalu ikhtiar dan berdo’a kepada Allah memohon kemurahan Allah agar mengkaruniakan keturunan kepada kita .Kebetulan di tempatku yang lama belum ada dokter spesialis kandungan waktu itu .

Ikhtiar secara medis akhirnya kita lakukan di Balikpapan yang kebetulan ada dokter spesialis kandungan dan peralatannyapun lengkap. Mulai kita jalani pemeriksaan dan terapi setiap beberapa malam sekali sesuai arahan dokter. Belum lagi aturan minum obat yang ketat waktunya yang harus kita ikuti. Tak terasa lebih dari 1 tahun proses itu berlangsung dan Alhamdulillah tidak di ketemukan kelainan dari kita berdua. Dan prosess inipun kita akhiri ketika akan dilakukan lagi operasi dan di larang justru oleh ibuku .

Dengan bijak ibuku berkata : Jangan nak , ibu pernah menjalani itu , sungguh berat perjuangannya , kuatkanlah do’amu kepada Allah , mulailah menabung dan berdo’alah di Baitullah kelak”. Akhirnya kita batalkan rencana operasi itu. Memang kebiasaan kita selalu minta do’a dan ijin orang tua setiap saat .Bahkan sampai sekarangpun , diusia 40 tahun kami tetap minta do’a dan restu bapak ibu kalau kami harus berangkat keluar kota.

Apalagi untuk hal-hal besar seperti itu.Disisi lain Allah kembali mengisi hari -hari kita persis seperti waktu di Tanjung Redeb .Awalnya tiba -tiba beberapa anak datang ke rumah untuk di ajari mengaji , lambat laun semakin banyak .Akhirnya rumah kecil kita tidak cukup lagi untuk menampung anak – anak tersebut. Mulailah dengan kemurahan rizki dari Allah kita tambah ruang tamu untuk menampung anak- anak yang jumlahnya sudah lebih dari 50 .

Toh inipun beberapa bulan kemudian jadi tidak mencukupi lagi karena jumlah santrinya mencapai 90 anak .Masya Allah , sungguh ada ketakutan yang luar biasa di hati kami berdua karena kami tidak punya basic pesantren dan tidak bisa mengaji tetapi Allah mentakdirkan lain.Justru tiap hari jumlah santrinya semakin banyak .

Ya Allah ampuni kelemahan hamba.Karena harus dilakukan 2 shift ( pagi dan sore ) beberapa orang tua santri berinisiatif untuk membuat Musholla di limgkungan kami . Alhamdulillah saat ini di bantu oleh 8 guru jumlah santri TPA sudah mendekati angka 200.Mudah- mudahan mereka kelak menjadi anak yang sholeh dan sholihah .

Istriku , sungguh di saat orang lain menyangka kita kesepian , justru Allah menghilangkan rasa itu dengan cara-Nya. Dan Alhamdulillah keluarga besar kita selalu memompa semangat untuk selalu berprasangka baik kepada Allah , berprasangka baik terhadap takdir Allah . Dan sampai saat ini pun aku tetap yakin Allah akan mengabulkan do’a kita .

Masih sangat segar dalam ingatanku pada saat selesai thowaf sunnah di depan Baitullah , di sesaknya jamaah haji yang jumlahnya jutaan aku melihat kebesaran Allah yang misterinya belum terkuak sampai hari ini. Setelah putaran ke tujuh aku kepingin sholat sunnah di depan pintu Ka’bah , aku tahan niatku untuk sholat sunnah karena di sesaknya jamaah dan posisinya persis di depanku dan di depan pintu Ka’bah aku lihat seorang anak perempuan yng mungkin usianya sekitar 7 tahun .

Bukan karena kecantikannya yang sekilas menurutku berwajah Arab atau Pakistan yang membuatku kagum. Anak ini dengan santai dan khusuknya mengerjakan sholat sunnah seolah tidak ada orang lain di tempat itu.Aku jaga dia sampai mengerjakan sholat sunnah 4 rokaat . Ketika selesai salam dia mempersilahkan aku untuk menempati tempat sholatnya. Subhanallah , mulianya anak ini.Tentu ada yang istimewa dimata Allah.

Sholatnya khusu’ , gerakannya betul dan seolah dia sedang sendirian di depan Rabb nya. Bahkan aku sendiri tidak melihat orangtuanya di sekitar anak itu dan aku juga tidak tahu kemana perginya anak itu setelah mempersilahkanku.Mudah- mudahan Allah mengkaruniakan keturunan yang sholeh atau sholihah.

Sampai saat inipun aku tetap yakin bahwa Allah telah memberiku istri yang sholihah.Bahkan beberapa kali teman-temanku di kantor secara guyon sering bertanya :” pak , nggak ada niat untuk jadi nahkoda di kapal yang lain ?”.Atau bahkan ada juga yang secara guyon juga ngomong :” Jangan kuatir pak , keturunan tidak harus dari istri yang pertama .” Biasanya aku hanya tersenyum .

Karena mereka mungkin merasa kasihan .Sementara aku menganggap itu adalah bagian dari takdir yang harus di terima dengan ikhlas walaupun ikhtiar juga jalan terus. Semua yang berjalan di luar skenario manusia .Termasuk engkau yang di takdirkan jadi istriku. Aku yakin karena sebelum meminangmu aku sholat Istiqarah untuk memohon kebaikan dari pilihanku , kebaikan dunia dan akhirat .

Alhamdulillah Allah menjadikanmu pendampingku. Bisa jadi Allah sedang menguji kesabaran kita , atau mungkin justru Allah ingin menghindarkan kita dari fitnah dunia yang berupa harta dan anak , atau Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang kita sendiri tidak pernah membayangkan sesuatu tersebut .

Mungkin juga benar nasehat salah seorang ustadz tantang anak adam yang meninggal terputuslah tiga perkara kecuali amal jariah , ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendo’akan orang tuanya. Saat ini kita masih memilki dua pintu untuk memperolehnya , atau Allah menjadikan murid – muridmu sebagai anak yang do’anya bisa mengantarkan kita ke Ridho – Nya , atau bahkan Allah akan segera menggenapkan ketiga pintu-Nya untuk kita .Wallahu a’lam , semoga.

Yang jelas jangan jadikan ini beban karena sungguh kita tidak pernah tahu rencana Allah dan hikmah dibalik itu semua.

. M. Jono AG
[email protected]